Thursday 23 September 2010

This is How I Met Your Mother....Part 3

Salah satu risiko yang harus kita hadapi jika mencintai orang yang berkualitas tinggi adalah banyak saingan. Tidak terkecuali gw dalam kasus ini, gw pun mendapat banyak saingan. Hal ini buat gw sangat wajar, karena cuma lelaki katarak atau yang habis dikebiri saja yang tidak suka padanya.

Pada kenyataanya, yang suka dengan Ima memang banyak, tetapi tidak semuanya berani melakukan pendekatan lebih jauh. Kebanyakan orang terkadang terlalu memikirkan azas keadilan yang standarnya dibuat sendiri olehnya, yakni yang menyatakan bahwa hanya lelaki tampanlah yang pantas memiliki wanita cantik....Menurut gw itu salah, yang benar adalah tiap orang pantas mendapat pasangan yang standarnya sama, atau dengan kata lain hanya lelaki terbaik yang pantas mendapat wanita terbaik.....


------------======================------------

Seiring berjalannya waktu, gw tahu Ima akhirnya gagal menembus seleksi Paskibraka tingkat Provinsi Jawa Barat, meskipun demikian dia tetap berlatih bersama tim Paskibraka Kota Bogor untuk Upacara Pengibaran Bendera 17 Agustus nanti, keadaan yang membuatnya tetap dikarantina untuk beberapa bulan ke depan, sementara gw makin disibukkan dengan beberapa lomba mata pelajaran (ini bener.red) dan masa-masa menjelang ulangan umum. Gw tidak bertemu Ima selama beberapa bulan di sekolah. 

Terkadang gw menyempatkan diri pulang lewat Lapangan Sempur, lapangan tempatnya berlatih tiap harinya. Tidak lama, tidak sampai turun dari angkutan umum yang sedang gw tumpangi. Hanya melihat wajahnya saja dari kejauhan sudah cukup buat gw. Penat seharian seketika menghilang disapu kerlingan matanya yang cokelat itu, meskipun sebenarnya jelas sekali dia tidak mengerling pada gw, gw tetap tidak perduli. Toh yang jelas setidaknya masih ada sedikit kontak, meskipun hanya lewat udara dalam dalam radius 50 meter.

Suatu pagi di pertengahan Juli, saat menjelang akhir kelas satu, gw tengah bersiap mengikuti Lomba Cepat Tepat Ekonomi dan Bank Sentral di Bank Indonesia. Sebuah lomba yang mestinya diperuntukkan kepada anak kelas tiga, tapi entah mengapa malah gw yang mesti ikut.

Awalnya gw tidak berhenti mengutuki diri. Kenapa mesti gw? Gw kan mau santai-santai setelah ulangan umum, bukannya mau belajar kaya gini.....Mana bahannya banyak......Namun, hal itu tidak berlangsung lama, karena pagi itu gw bertemu Ima.....Ya, Ima pagi itu datang ke sekolah sebelum latihan paskibraka. Dia datang dengan kaos latihan berwarna dasar merah dan putih serta celana pendek selutut warna cokelat seperti warna Pramuka tapi lebih lebar sehingga terlihat seperti rok.....

Gw: "Lho, Ima? Gak latihan?"

Ima: "Mau, tapi ini mesti ke sekolah dulu. Mau nganter surat dulu."
Gw: "Oooo....Eh, gw mau lomba nih, doain ya...."

Ima: "Oh, iya...Sukses ya, Ima tau Fantasista pasti bisa!!!"
Pak Guru: (tergesa-gesa) "Fantasista, yok kita berangkat. Nanti telat masuk kita. Bisa kena diskualifikasi nih...."

Gw: "Baik, Pak! Eh, Ima, gw duluan ya....." (melambaikan tangan)

Ima:  (melambaikan tangan) "Oke, daahhh...."

Hari itu semangat gw terbakar.....Gw punya satu tekad, gw harus menang. Kenapa? Karena kata-kata Ima yang menyatakan dia percaya gw pasti bisa.....Entah kenapa, belajar jadi 100 kali lebih gampang....Buku Undang-Undang Perbankan dengan mudah gw hafalkan (jangan tanya gw sekarang, sumpah sekarang gw lupa.red).

Gw mau membuat Ima bangga, karena jika seandainya gw juara nama gw akan dipanggil ke depan waktu upacara bendera. Dengan demikian gw berharap Ima bisa bangga karenanya. Gw tahu itu bukan hal yang logis, tapi terkadang cinta bisa menutup area asosiasi di otak kita, yang menghalangi kita memformulasikan semua keadaan menjadi kesimpulan logis tidaknya sesuatu. Dan berkat itulah, gw menang......

Hari Senin saat upacara bendera, nama gw dipanggil ke depan untuk menerima piala dari kepala sekolah.....Saat itu gw tidak perduli dengan orang lain. Gw tidak berharap apa-apa kecuali sedikit rasa dari Ima. Dari depan mata gw tidak berhenti berkeliaran mencari Ima, tetapi dia tidak ada. Belakangan gw tahu, hari itu Ima masih latihan Paskibraka, dan sampai sekarang sepertinya dia tidak pernah tahu gw memenangkan lomba itu......

----------=====================---------

Seiring berjalannya waktu, kita pun naik kelas....Sayangnya semesta belum mendukung untuk gw melanjutkan proses pendekatan dengannya. Kita beda kelas. Dia kelas 2-4, gw kelas 2-8. Kelas gw paling depan, kelas dia paling belakang. Kelas gw di lantai 2, kelas dia di lantai 1. HYang lebih gila lagi, salah satu saingan terberat gw ada di sana, satu kelas dengannya......

Saingan gw ini adalah kapten basket SMA gw. Seperti layaknya cerita-cerita ABG di sinetron, biasanya kapten basket adalah orang yang paling pantas didampingi sang "bunga sekolah", lagi-lagi suatu stigma ketidak adilan yang dibuat sendiri oleh televisi (yeah, terima kasih atas sumbangannya, Pak Pemilik Production House Pencetak Sinetron Beribu Episode.red).

Sang kapten ini, sebut saja Bara, sosoknya tinggi tegap atletis, dengan kulit kehitaman karena sering terbakar matahari akibat rajin latihan basket di tengah hari, jago olahraga, dan satu organisasi di OSIS dan Paskibra. Beberapa keberuntungan menjadi Bara, yang tidak dimiliki gw. Meskipun demikian, gw tidak begitu mudahnya untuk menyerah hanya karena mendengar gw mendapat saingan. Yeah, I'm not gonna run easily....

Sejak saat itu, gw berusaha mengalahkan Bara di segala bidang yang gw bisa, dengan cara yang "nggak katro" seperti menantang berkelahi di tengah lapangan seperti ayam (edan, Ima disamain sama ayam, gak rela gw. red), menjelek-jelekkan Bara ke semua orang (gak jantan tuh. red), dan cara-cara katro lainnya.

Gw memilih untuk mengalahkannya dalam setiap kesempatan yang gw punya. Misal, Bara yang juga dikenal jago bermain sepakbola, akan selalu gw kawal ke mana pun di lapangan, untuk memastikan dia tidak bisa berbuat banyak. Pada kenyataannya cuma itu yang bisa gw lakukan, karena ilmu basket gw hanya sebatas penemu basket adalah James Naysmith, dan di sekitar rumah gw sangat tidak mendukung untuk membentuk tubuh jadi tinggi dan kekar. Yah, gw berharap katalis gw sudah cukup mengisi LOVE-meter gw lebih cepat dari Bara.

Suatu hari di bulan September, satu bulan setelah Ima masuk lagi selepas dikarantina, gw mendengar kabar yang paling ditakutkan semua orang yang memiliki target yang diincar. Ima di-"tembak" oleh Bara!!!! 

Gw shock!!!!

Kabarnya Bara menyatakan cintanya dengan memberikan Ima sebuah kaset (sekarang jamannya CD, dulu mah masih kaset.red) Kahitna (Ima suka sekali Kahitna.red) yang  judulnya Cinta Sudah Lewat....Bara meminta Ima untuk mendengarkan lagu pertama dari side B yang berjudul Menikahimu (Gila ni orang, udah ngajak nikah aja. Masih SMA kali. red).

Sebuah ungkapan cinta yang mungkin sulit ditolak oleh beberapa wanita, tapi tidak untuk Ima, dia menolaknya. Belakangan gw akhirnya tahu, bahwa Ima menyatakan dirinya tidak boleh berpacaran sampai lulus SMA....Dari sini gw membangun perasaan, setidaknya dia bukan milik siapa-siapa, untuk dua tahun ke depan......


-----------------==================------------------


Di SMA gw, setiap anak kelas dua akan mendapat tugas Sosiologi untuk melakukan penelitian di desa terpencil di sekitar Bogor, yang diikuti dengan upaya-upaya untuk membangun desa tersebut. Keadaan ini mengharuskan kita tinggal di rumah penduduk selama 3 hari, bersama dengan kelompok kita masing-masing.

Fenomena menarik waktu turun desa adalah menjamurnya Cinta Lokasi. Ya iyalah, disini ungkapan witing tresno jalaran soko kulino sangat berperan. Di kelompok gw aja akhirnya jadi 2 pasang. Saat itu gw tahu, Bara masih melakukan pendekatan pada Ima, dan sekarang mereka satu kelompok turun desa. Meskipun gw tahu Ima telah menyatakan tidak akan berpacaran sampai lulus SMA, but people can change right? Bukan main perasaan gw ketika itu. Berasa ditindih Batu Loncatan Pulau Nias aja....Untungnya hal itu tidak terjadi....They were still single.....

Hal ini membuat gw merasa perlunya menjalin komunikasi lebih dalam dengan Ima. Tidak cukup hanya dengan bertegur sapa atau ngobrol selama 2-3 menit di tengah jalan saja. Akhirnya gw memutuskan melakukan salah satu hal bodoh untuk dia. Gw bolos praktikum kelas gw, biar bisa ikut praktikum kelas dia, dengan alasan untuk persiapan lomba (yeah, so lucky to be me. red).

Waktu itu gw ikut praktikum Kimia bareng kelas dia, kebetulan waktu itu mengenai reaksi kimia. Setelah meminta izin kepada guru yang sedang mengajar, gw langsung mencari kelompok dia.

Ima: "Loh, kok Fantasista ada di sini?"

Gw: "Iya nih, mau persiapan lomba. Eh gw bareng kelompok lo ya?"
Ima: "Oh yaudah, disini aja"

Gw: "Trus lagi pada ngapain nih?"
Ima: "Iya, ini mau matiin pembakar spiritus tapi ga bisa. Gimana caranya ya?"

Gw: (terdorong oleh jiwa gentleman) "Oh, gini caranya, jadi tutupnya tinggal di-ANJRITTTT!!!!!" 
Botol pembakar spiritus itu tiba-tiba pecah, dan sedikit membakar tangan gw. Yah, luka bakar Grade I (kulit merah dikit doang.red) sih, cuma malunya itu.......

Sejak saat itu gw mengambil satu pelajaran berharga, segala sesuatu yang diawali ketidakjujuran tidak akan berakhir baik, karena tidak akan ada bantuan dari semesta alam untuk menjamin keberhasilan langkah selanjutnya.....

1 comment:

  1. ckckckck..
    ngegebet orang emg bisa bikin kita melakukan hal2 ajaib yah :D gw kira gw doang yang gitu.. hahaha..

    kalo gw, dulu pernah les di EF jam 19.30 cuma karena gebetan gw (salah satu POSKO kita) pulangnya naik 08 jam segituan. jadiii gw les EF jam segitu cuma karena ngarep seangkot sama dia. ckckckc

    ReplyDelete