Friday 4 March 2011

The Wrong Premise

Menyambung cerita terdahulu, waktu gw suka setengah mati kepada wanita bernama Rani (masih nama samaran.red), yang setelah 3 hari berturut-turut chatting yang makin lama makin sebentar. Setelah itu gw memutuskan untuk tidak menghubungi dia dulu. Setidaknya sampai beberapa hari ke depan setelahnya.

----------------00000000000000000----------------

Sebagai dokter, tentu gw mendapat kewajiban untuk jaga di IGD. Sebagai gw sendiri, gw sering mendapat jadwal di hari sabtu-minggu (meskipun kadang bukan jadwal gw, namun sering sekali diminta untuk menggantikan di sabtu-minggu karena dianggapnya gw “pasti available” berhubung tidak ada wanita yang mendampingi.red). Suatu hari Sabtu, gw kebetulan mendapat jadwal untuk jaga di rumah sakit (bye-bye weekend.red), yang membuat gw harus ke kampus. Ketika itulah gw melihat Rani sedang berada di lapangan basket. Rani ternyata ketika itu sedang ada latihan fisik bersama teman-temannya sehubungan dengan kegiatan ekstrakampus yang mereka ikuti. Tentu saja gw tidak melewatkan kesempatan itu untuk memandangnya.

Tanpa disangka, Rani balas memandang gw, tersenyum sedikit sembari melambaikan tangannya sedikit ke arah gw. Gw, yang setengah tidak percaya melihat keadaan itu, mencoba melihat ke sekeliling, apakah ada orang lain yang dimaksudkan oleh tatapan dan lambaian tangan itu? Ternyata tidak ada....

Saat itu, hanya ada gw....

Gw berasa terbang (sebelum akhirnya disadarkan karena menabrak tangga di depan koridor tempat gw lewat.red)....

Yang jelas hari itu gw jaga dengan hati berbunga-bunga. Tidak masalah, meskipun gw kehilangan weekend gw, tetapi gw sudah mendapat hal lain yang lebih berharga.....Lambaian tangan Rani....

Malamnya, Rani ternyata online lagi. Sebuah kesempatan yang tidak gw lewatkan....

Gw: “Eh, tadi sampai jam berapa di kampus?”

Rani: “Sampe jam 6 kak. Tadi jaga ya?”

Gw: “Iya, tadi gw jaga anestesi. Tadi ngapain aja lo di kampus?”

Rani: “Ya macem-macem kak. Push up, sit up.”

Gw: “Ga cape tuh?”

Rani: “Ya cape kak. Tapi kan seneng”

STOP!!!!!!

Sebelum gw lanjutkan, gw akan flashback sejenak ke beberapa hari sebelum chatting antara gw dan Rani itu terjadi. Saat itu gw bertemu dengan teman gw (sebut saja Raka.red). Raka ini adalah senior dalam kegiatan ekstrakampus yang diikuti Rani. 

Raka: “Eh, gw ada berita nih buat elo..”

Gw: “Apaan?”

Raka: “Tentang Rani, jadi dia kan tadi wawancara gw, nah gw berhasil sedikit menggali informasi nih dari orangnya langsung...Mau denger ga lo?”

Gw: “Iya, apaan?”

Raka: “Jadi, Rani itu katanya bisa main saksofon...Dia udah belajar main saksofon sejak lama...”

Gw: “Oooo, gitu....trus apalagi?”

Raka: “Trus pas gw tanya dia suka cowo yang kaya apa, dia bilang dia suka cowo yang nyeni.”

Gw: “Nyeni? Maksud lo? Suka air seni? Apaan nih?”

Raka: “Bukaan...Maksudnya dia suka cowo yang setidaknya bisa maen alat musik...Nah, lo bisa apaan?”

Gw: “Hm, gw pernah les gitar klasik (serius ini gw.red), bisa maen organ tunggal (tadinya buat persiapan kalo gw gagal lulus fakultas kedokteran, jadi gw udah ada skill buat organ tunggal. Tinggal cari wanita bermuka biasa dengan goyangan menggelegar dan memiliki nama sesuai goyangannya, misalnya Kunti Goyang Semok.red)....Eh, gw juga bisa maen rekorder (mirip suling, tapi dari bahan sejenis melamin yang sering dijadikan alat musik  wajib bagi anak-anak SD.red), sama kecapi juga bisa (padahal gw ga bisa, tapi kecapi adalah salah satu alat musik yang menurut gw sekalipun dimainkan asal-asalan akan tetap menghasilkan nada-nada indah.red)...”

Raka: “Bagus deh...Jadi lo udah punya modal tuh...Dia juga bilang suka sama cowo yang lucu gitu, katanya biar asik diajak ngobrolnya...gitu...eh, gw cabut dulu ya...mau ke kafe dulu nih”

Gw: “Oh, oke. Akan gw pikirkan. Eh, makasih ye.”

Sejak saat itu, gw selalu memikirkan Raka...... eh maksudnya memikirkan perkataan Raka....

Rani ternyata menyukai lelaki yang bisa memainkan alat musik. Mungkin impiannya bisa membuat band dan mencipta lagu bersama. Mungkin juga karena Rani ingin memiliki band yang isinya satu keluarga, ada mama, papa, suami, aa, teteh, om, tante, kakek, nenek; yang kelak akan dinamai The Family....

Keadaan ini membuat gw bingung. Mesti apa? Dengan skill gitar dan organ tunggal pas-pasan begini? Gw berpikir, mungkin gw akan membeli saksofon untuk kemudian gw pelajari dan akhirnya kita bisa membentuk The Saxophonist Duets.

Saat itu terlintas tiga ide di otak gw, pertama adalah membeli saksofon untuk kemudian gw pelajari dan gw mainkan di depan dia. Kedua, ikut les musik untuk mempelajari saksofon, kemudian gw mainkan di depan dia. Ketiga, cukup menunjukkan kepadanya, bahwa gw juga suka saksofon, musik dan hal-hal “nyeni” lainnya.

Gw akhirnya menghubungi seorang teman yang sedang kuliah di Malaysia (sebut saja Yoga.red) melalui yahoo messenger (yaiyalah, menelepon kan mahal.red). 

Gw: “Eh, apa kabar lo?”

Yoga: “Baek2 aja gw. Ada apaan nih? Tumben.”

Gw: “Gw mau beli saksofon. Berapa harganya?”

Yoga: “He?? Serius lo? Buat apaan?”

Gw: “Ya buat gw lah. Gw pengen bisa aja.”

Yoga: “Pasti gara-gara cewe..hahaha....”

Gw: “Ya semacam itulah...jadi berapa?”

Yoga: “Harganya 15 jutaan...Kalo lo dapet yang seken bisa 5 jutaan kayanya...Emang lo punya duit berapa?”

Gw: “500 ribu...”

.....Yoga is now offline.....

Oke, rencana beli saksofon gagal.....

Rencana selanjutnya mau belajar saksofon saja. Tapi bingung mau belajar di mana. Saldo rekening gw tinggal 500 ribu. Itu pun untuk berbagai macam hal. Mana cukup untuk les musik???

Akhirnya gw memutuskan menggunakan rencana ketiga, yakni menunjukkan bahwa gw suka saksofon, musik dan hal-hal “nyeni” lainnya. Jadi, gw mencoba mencari di google, segala seluk beluk mengenai saksofon (bahan dasar, cara membuat, jenisnya.red),b dan biografi  saksofonis dunia (awalnya gw hanya mengetahui Kenny G dan Dave Koz. Sekarang? Tetap Dave Koz dan Kenny G.red).

Hal ini membawa kita kembali ke masa sekarang.....

Menyambung ke masa kini, gw pun berusaha menyambungkan perbincangan melalui chatting hari ini ke tema seputar saksofon dan musik. Tapi, masalahnya gw tidak tahu caranya. Sampai gw melihat di status facebook dirinya, bahwa dia sedang mendengarkan lagu-lagu Barry Likumahuwa. Jadi....

CONTINUE.....

Gw: “Eh, lo sampe kapan tuh push up, sit up, kaya gitu?”

Rani: “Masih lama kak, sampe pelantikan”

Gw: (yang masih terngiang-ngiang tentang topik saksofon)”Eh, lo suka denger Barry Likumahuwa ya? Berarti lo jago maen saksofon dong...??”

Rani is offline --> Gw bingung. Kenapa dia langsung offline ya? Apa yang salah dengan gw? Biasanya tidak seperti ini?

Tik...tok...tik...tok.... Gw terus berpikir, sampai gw tersadar......

ALAMAK!!!! Barry Likumahuwa itu kan bassis!!!!! Ada juga Benny Likumahuwa yang memainkan instrumen tiup!!!! Itu pun dia memainkan trombone!!!!! Lagipula, apa hubungannya suka Barry Likumahuwa dengan jago memainkan saksofon???!!!! Hal itu sama saja dengan premis berikut, Anda suka David Beckham, berarti Anda mahir bermain bulu tangkis. WHAT????!!!!!

Saat itu gw sadar, The Saxophonist Duets tidak akan terlaksana....

Sejak saat itu, setiap gw bertemu Rani, dia selalu memandang gw, dengan tatapan “membunuh”  seolah hendak berkata,”Ini nih, orang yang nggak nyambung. Nggak jelas. Yang tidak bisa membedakan Barry Likumahuwa dengan Benny Likumahuwa. Yang kaya begini yang suka sama gw? Are you dreaming?? Hahaha...”
  
--------------00000000000000---------------

Setelah insiden itu, dia tidak pernah lagi bisa gw ajak chat. Setiap kali dia online, dan gw berusaha ajak chat, dia langsung offline. Lama kelamaan, dia langsung offline setiap kali gw online. Jadi seperti kejar-kejaran di dunia maya....

Di dunia nyata pun, beredar kabar bahwa dia menyukai seorang teman gw, yang gw sendiri tidak terlalu mengetahui kebenarannya. Selain itu, ketika gw berusaha menyapanya di dunia nyata, dari radius 50 meter pun, Rani langsung berbalik kabur, seolah-olah gw adalah Don Vito Corleone yang ditakuti....

Beberapa bulan setelahnya, gw mendengar kabar dia sudah tidak sendiri lagi, dan memang betul sang kekasihnya mirip seorang musisi (ups...red).

Ketika gw mencoba mencari info, seperti apa sebenarnya gw di mata Rani, jawaban yang gw dapatkan dari temannya adalah,”Sebaiknya lo ga usah tau deh. Pokoknya lo di mata dia udah gitu banget...”

Sebenarnya hal terakhir inilah yang cukup memberi kesan untuk gw. Sebuah mispersepsi....

---------------0000000000000000000-------------- 

 Kadang kita terlalu sibuk untuk jadi orang lain, yaitu seseorang dengan kepribadian dan keunikan yang disukai oleh “target” kita. Seperti gw yang mati-matian mau belajar saksofon, mau beli saksofon, dsb. Padahal, dengan kita sibuk menjadi orang lain, kita hanya menciptakan sosok baru yang disukai orang itu, dan terkadang itu bukanlah diri kita sendiri. Intinya apa? Just be yourself....

Cinta itu spesifik. Maksudnya adalah cinta itu spesifik untuk tiap-tiap orang. Bisa saja pria X sebegitu terpesonanya melihat wanita Y, yang menurut teman-teman pria X terlihat biasa saja. Ibaratnya, pria X ini telah menemukan frekuensi yang pas dengan wanita Y. Mengapa bisa demikian? Karena pria X telah mencintai wanita Y dengan segala kekurangannya, dengan segala perbedaannya. Mengapa pria X bisa mencintai wanita Y dengan segala kekurangannya? Karena cinta itu tanpa sebab, tanpa alasan...

Wednesday 26 January 2011

One for A Thousand

Wah, tidak terasa, pengunjung blog gw ini sudah mencapai angka 1000..!!! Terima kasih untuk semua pihak yang sudah membaca blog ini sampai menghasilkan angka sedemikian...Meskipun gw mencoba tidak besar kepala dengan beranggapan bahwa sebagian besar dari angka 1000 ini tidak seluruhnya berasal dari orang-orang yang memang masuk untuk membaca blog ini, tetapi mungkin ada juga kontribusi dari morang-orang yang mencoba masuk tetapi gagal (dan sayangnya tetap dihitung sebagai pengunjung.red), komputernya hang ketika sedang membaca blog gw ini sehingga reload ulang (dan sayangnya tetap dihitung sebagai pengunjung.red), maupun yang berniat memberi komentar terhadap blog gw ini namun gagal terus sehingga terus mencoba (dan sayangnya tetap dihitung sebagai pengunjung.red).

Anyway, terima kasih banyak....Kalian telah berkontribusi terhadap blog gw ini....

Kali ini mungkin gw rehat dulu dari bercerita, soalnya materinya sedang diurus (padahal idenya saja yang tersendat.red), insyaallah nanti akan di-update segera setelah materinya beres.


------------------00000000000000-------------------

Sebenarnya apa yang menjadi alasan gw menulis blog adalah semata untuk bercerita saja. Seperti yang telah gw ungkapkan sebelumnya, gw adalah orang yang suka bercerita, dengan banyak ide untuk dikeluarkan, yang tidak mungkin gw ungkapkan kepada orang lain karena terlalu panjang (gw saja bosan mendengar gw, apalagi orang lain?). Selain itu, jika melihat cerita-cerita gw sejauh ini, seluruhnya merupakan pengalaman pribadi gw, sehingga gw berharap blog gw ini bisa menjadi panduan untuk kalian yang sedang mendekati wanita (believe me, you're not alone.red). Jadi, setidaknya lewat blog ini, kalian bisa menyusun sendiri daftar "100 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Mendekati Wanita". Itu saja. Tidak lebih.


Gw sendiri tidak terlalu berharap bisa mendapatkan kembali hati dari wanita-wanita yang gw sebutkan di dalam blog gw. Gw sekarang cenderung membiarkan saja segala sesuatunya berjalan normal, mengalir seperti air pegunungan (yang selanjutnya menjadi cikal bakal air Aqua.red). 

Banyak orang mengatakan kepada gw,"Kok lo kayanya desperate banget sih? Sampe bikin blog segala? Sok berani di dunia maya doang lo.." Ketauilah, tujuan gw membuat blog gw ini bukan untuk menyesali atau meratapi nasib. Gw awalnya berniat menjadikan blog ini sebagai safe deposit box, tempat gw menyimpan penggalan-penggalan kisah gw, yang sewaktu-waktu bisa gw buka lagi, yang sewaktu-waktu gw bisa menertawakan kebodohan gw sebelumnya, yang bisa dijadikan pedoman hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan (yeah, I'm not Hitch anyway.red). Blog ini bukan pertanda keputus asaan, tapi batu pijakan untuk melangkah maju (seperti halnya kardus-kardus barang bekas di gudang, yang sering gw jadikan batu pijakan untuk mengganti lampu kamar.red).

------------------00000000000000000-----------------


Menyimak beberapa komentar yang ada, gw sependapat dengan salah satu komentar yang  kurang lebihnya menyatakan bahwa tidak semua orang bisa kita ceritakan masalah pribadi kita, tanpa jaminan adanya sedikit (atau banyak.red) kebocoran informasi yang kita berikan, atau malah memberikan efek negatif di belakang kita. Intinya apa? There are boundaries between your private area, your best friend and your friends. Masalah cinta, jika kalian seperti gw yang selalu dipenuhi kata-kata dan informasi di kepala, dapat dibagi dengan teman baik kalian 20 persen, sisanya (80 persen.red) untuk kalian sendiri. Bagaimana dengan teman-teman yang lain? Seperti yang gw tulis sebelumnya, semakin sedikit yang mengetahui, semakin baik. Mengapa? Karena semakin banyak yang mengetahui, akan semakin banyak saran dan masukan yang masuk ke dalam otak Anda yang membuat Anda sulit menentukan pilihan dan akhirnya pusing sendiri. Selain itu, dengan sedikitnya yang mengetahui, semakin sedikit info yang keluar, dan percayalah, suasana yang tercipta akan lebih kondusif untuk Anda dan sang target. 

Bayangkan saja, jika yang mengetahui ada 100 orang, apa yang akan terjadi jika dia berpapasan dengan Anda? Atau apa yang akan terjadi jika Anda kebetulan berada pada keadaan dan situasi yang sama dengannya? Tentunya akan terdengar suara-suara seperti,"Ciee, Si Anu dan Si Itu...Deketan dikit kali duduknyaaa...hehehe...." atau "Ehem...ehemmmm...." (suara berdehem, mendadak seperti orang tuberkulosis.red). Apakah Anda nyaman diperlakukan seperti itu? Gw tidak. Dan gw yakin, begitu pula dengan sang target. Kecuali, Anda sudah berhasil mendekati dia, dan sudah mencapai 70 persen dari angka keberhasilan, hal itu mungkin tidak terlalu bermasalah, tetapi jika masih 0 sampai 10 persen? Percayalah, hal itu tidak berdampak baik untuk Anda. Anda hanya perlu satu (ya, hanya satu.red) orang saja yang benar-benar bisa Anda percaya, untuk diberikan 20 persen informasi, yang diharapkan dapat memberika masukan positif pada Anda.

Adapun mengenai sebuah komentar mengenai tokoh Emil yang dikatakan mengkin berniat memanas-manasi gw agar gw bergerak karena dia sudah gerah dengan kondisi gw yang sepertinya tidak melakukan apa-apa, perlu gw jelaskan bahwa sebenarnya gw tidak terlalu ambil pusing. Mengapa? Karena gw bukan tipe lelaki yang bisa bertengkar atau berkelahi dengan teman sendiri hanya karena wanita. That's so lame....Jadi, jika memang suka ya jalani saja. Jika pada akhirnya sang target lebih memilih orang lain (yang bisa berarti teman sendiri), ya sudah. Anda belum beruntung . That's it. Akui saja kekalahan itu....Be gentle...Selain itu, sepertinya tidak ada keharusan dari gw untuk senantiasa mempublikasikan apa yang telah dan akan gw lakukan. Bukan begitu?

---------------000000000000----------------

Ada satu lagi yang ingin gw sampaikan, adalah mengapa gw memakai nama samaran di sini. Alasannya adalah karena internet merupakan ruang publik yang memiliki akses tidak terbatas (kecuali ke www.playboy.com dan sebangsanya.red), sehingga bisa dilihat oleh siapa saja. Oleh karena itu, hal ini sudah menyangkut privasi orang yang bersangkutan. Mengapa? Karena dengan menggunakan namanya, gw perlu meminta izinnya terlebih dahulu. Jadilah gw menggunakan nama samaran. Jika ada yang berprasangka buruk (su'udzon) dengan orang lain karena tulisan-tulisan gw di sini, sesungguhnya yang memiliki dosa adalah yang berprasangka buruk itu sendiri. Bayangkan jika gw menggunakan nama asli, tentu akan lebiih memudahkan menjadi bahan pergunjingan bukan? 

Mengapa tidak memakai inisial saja? Mudah saja, karena di blog ini isinya adalah cerita, akan lebih mudah dipahami jika menggunakan nama di dalamnya, bukan hanya A, AB, CD, atau sebangsanya. Bayangkan saja, misalnya si A bertemu si D, kemudian tidak lama si C datang, mereka berbincang, mereka pun berniat ke rumah si D, tentunya hal ini tidak baik untuk dituliskan. Ketahuilah, gw membuat blog ini bukan hanya untuk dibaca orang-orang dekat gw saja, yang mungkin akan mengerti dengan inisial yang gw sampaikan, melainkan untuk dibaca oleh siapa saja, yang gw berasumsi mereka tidak terlalu peduli dengan inisial itu. Anyway, terima kasih atas masukannya

--------------0000000000000000----------------

Akhirnya, gw menutup cerita kali ini, lagi-lagi dengan seribu terima kasih (terima kasih 1000x.red), atas pihak-pihak yang sudah membantu gw dengan ide-ide dan masukan-masukannya. Masukan-masukan yang positif tetap gw tunggu.

Seorang teman pernah berkata,"Perjalanan 1000 li dimulai dengan 1 langkah" (seperti di Sun Gokong Sang Kera Sakti.red)

Keep on reading....

Keep on progressing...

Thanks a lot....

Tuesday 25 January 2011

Frozen In Time

            Gw percaya, golden period kita untuk menjalin hubungan itu terletak pada 1 menit pertama waktu kita memulai berkenalan dengan orang tersebut. Mengapa? Karena pada 1 menit itulah manusia akan menggunakan naluri alamiahnya untuk merasakan adanya “bahaya” atau tidak. Jika kita menggunakan 1 menit pertama itu dengan baik, niscaya kita dapat melanjutkan ke tahapan hubungan yang selanjutnya. Selanjutnya kita memiliki waktu 7 hari menjadi kenalan, 1 bulan menjadi teman, 3 bulan menjadi sahabat/kekasih.

             Hal ini hanya berlaku jika terjadi di dunia nyata, bukan di dunia maya (SMS,  MIRC, yahoo messenger, BBM, e-mail, Facebook, Twitter, Friendster, dsb). Mengapa? Karena hanya dengan bertemu langsung sajalah kita dapat merasakan setiap detil yang terkandung dari seseorang. Tutur kata, tingkah laku, gestur, kebiasaan, emosi; merupakan hal-hal krusial yang hanya dapat ditemukan dengan kontak langsung. Tulisan tidak dapat menunjukkan hal-hal seperti yang telah gw tulis di atas (meskipun sudah ada Grafologi, tapi ilmu itu hanya dikuasai segelintir orang.red).

(Keadaan terkini yang membuat gw miris adalah banyak pihak yang cenderung menyalahkan perangkat jejaring sosial yang telah gw sebutkan di atas, atas tindak kriminal tertentu. Misalnya begini, 

X adalah seorang siswi SMA kelas 1 yang berwajah manis, berkulit coklat sawo matang, berprestasi dalam pelajaran di sekolahnya, mudah bergaul, ceria, dan rajin membantu orang tuanya. Seperti halnya remaja dan remaji (gw berpikir, jika pemuda ada pemudi, maka remaja pun ada remaji bukan? Red)sebangsanya, X juga aktif di berbagai situs jejaring sosial. X memiliki akun facebook “X Si LutChunAA” dan memiliki akun twitter ”@x_she_chantique”. 

Kemudian ada seorang pria bernama Y, berusia 23 tahun, mengaku mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di ibukota, sedang menyusun skripsi, dan baru putus dengan pacarnya. X bertemu Y di situs jejaring sosial facebook (karena Y sedang mencari-cari wanita-wanita “LutcHu.red). Mereka pun rajin berbalas “wall” dan sering berkirim pesan melalui SMS. Sebulan kemudian, X tiba-tiba menghilang setelah sebelumnya diketahui oleh teman-teman satu sekolahnya (biasanya yang satu geng.red) bahwa X membuat janji untuk bertemu dengan Y. Orang-orang pun (orang tua, teman-teman, media massa.red) berasumsi bahwa X diculik oleh Y. Tiba-tiba media massa menulis bahwa X diculik oleh Y GARA-GARA FACEBOOK...!!!! Tak lama kemudian, lewat twitter beredar ketetapan dari pemerintah, yang menyatakan bahwa Facebook terlarang di Indonesia karena menyebarkan penculikan....!!!! Edan!!!!

Hal yang aneh adalah banyak yang menyalahkan facebook atas kasus hilangnya X. Padahal jika dipikirkan dengan skenario yang berbeda, misalnya X berkenalan dengan Y lewat handphone, atau X berkenalan secara langsung dengan Y karena mereka bertetangga, apakah kemudian handphone akan dilarang? Kita akan berkomunikasi lewat telepon kaleng seperti dulu? Apakah tiap orang selanjutnya tidak boleh berinteraksi? Tidak boleh bertetangga? Sekalian saja tidak boleh punya rumah, semua orang ditempatkan di Asrama Rakyat. Beres. 

Saudara-saudara, kesalahan bukan pada TV anda (Lho?), maksudnya kesalahan bukan pada facebook, melainkan pada pribadi orang itu sendiri, pada orang tua yang tidak memberi rambu-rambu yang jelas pada anaknya, sementara facebook hanyalah perantara. Keadaan ini mirip pepatah “Buruk muka cermin dibelah”. Kita yang salah, namun menyalahkan pihak lain.red)

              Anyway, gw adalah orang yang sangat mudah menjalin hubungan dengan orang lain, dengan catatan hubungan itu berupa pertemanan. Jadi, gw belum pernah berkenalan dengan orang lain, dengan tujuan menjadi pacar, kekasih, suami, atau sebangsanya. Umumnya gw berkenalan sebagai teman. Selain itu, gw tidak pernah berkenalan lewat dunia maya, karena hal-hal yang telah gw ungkapkan sebelumnya. Setidaknya itu yang terjadi sebelum gw bertemu Rani (nama samaran.red), adik kelas gw waktu kuliah....

------------------00000000000000000---------------------

           Seperti halnya senior jomblo di tempat lain, OSPEK merupakan tempat terbaik untuk “hunting”. Setidaknya waktu itu gw dan teman-teman gw seperti itu (contoh yang buruk, jangan ditiru ya.red). Gw dan teman-teman gw sering menunggu di dekat lapangan basket, tempat mahasiswa-mahasiswi baru berdiri, mendapat “petuah” dari senior,  dan menjadi objek perburuan mahasiswa senior yang lajang. Saat itulah gw melihat dia....Meskipun tidak tinggi semampai, namun entah mengapa gw tertarik melihatnya. Gw merasa Allah sedang berbunga-bunga ketika menciptakannya, karena gw merasa nyaman melihatnya.

           Sejak itu, sampai beberapa bulan setelah OSPEK berakhir, gw sesekali bertemu dia di kampus. Well, lebih tepatnya berpapasan, dengan mata gw yang tidak bisa berhenti memandangnya seperti kamera yang sedang “panning”  mengikuti pergerakan sang aktris sampai hilang dari pandangan.
Melihat gw yang seolah-olah sedang berada di dimensi lain, teman-teman gw berusaha menarik gw kembali ke dunia nyata.

Teman gw (sebut saja Robi): "Eh, lo suka sama maba (mahasiswa baru.red) itu ya?"

Gw: "Hm, iya. Kenapa emang?"

Robi: "Hm, mukanya lumayan juga sih. Lo udah kenalan belom?"

Gw: "Belom...."

Robi: :"Udah minta nomer hape?"

Gw: "Belom juga..."

Robi: "Ah, gimana sih??!! Lo masa blom ngapa-ngapain?? Gerak dong..!! Keburu disamber orang baru tau rasa..!!!"

Gw: "Yah, belom saatnya aja kali. Kalo jodoh ga kemana. Gw ga mau terburu-buru lah..."

---------------------00000000000000000---------------------

             Sekitar 4 bulan setelah OSPEK, angkatan gw mengadakan pertandingan sepak bola dengan angkatan dia. Jadi, di universitas kami ada tradisi setiap angkatan mahasiswa baru wajib bertanding sepakbola dengan senior-seniornya dengan waktu dan tempat yang telah disepakati sebelumnya. Gw ikut di situ (believe it or not, gw bisa bermain sepakbola. Setidaknya gw memegang teguh prinsip Kapten Tsubasa yang “Bola adalah Teman”, sehingga gw tidak tega untuk menendang bola tersebut.red), dengan tekad tidak ingin dipermalukan oleh adik kelas, dengan perjuangan bangun jam 4 pagi agar bisa mendapat bis pertama menuju Jakarta, dan untungnya perjuangan itu tidak sia-sia. 

             Dia datang......

            Anyway, meskipun di akhir pertandingan kami kalah 6-1 (memalukan, but everybody’s happy instead.red), buat gw hasil itu cukup menyesakkan. Mengapa? Karena hari itu gw mau bermain untuk dia. Pada kenyataannya? Gw hanya bertahan 45 menit (30 menit energi manusia, 15 menit dibantu makhluk lain sepertinya, karena pandangan gw sudah gelap dan jantung serasa mau meledak.red). I failed to impress her.....

          Meskipun demikian, hal yang selalu ditunggu dari pertandingan junior-senior ini adalah saat-saat di mana semua junior wajib memperkenalkan diri (nama lengkap, asal sekolah, status intuk yang wanita.red). Gw pun tidak sabar menunggu saat itu, saat di mana gw akan mendengar namanya untuk pertama kalinya....

          Waktu dia berdiri,”Nama saya Rani (nama samaran.red).......,” seketika dunia gw membeku....

          Sorenya, sepulang dari pertandingan sepakbola tersebut, seketika gw mencari nama lengkapnya di facebook.

          Tidak ada....

          Gw belum kekurangan akal, kemudian gw mencari dia satu-satu di friends’ list teman gw di facebook (so desperate. I know. Red) 

          And I don’t need a telescope to see that there’s hope and make me feel brave (Tidal Wave by Owl City)

          Found!!!!....Click Add....Waiting for approval....


-------------------000000000000000---------------------

          Keesokan harinya, sekitar jam 3 sore, gw sedang bergegas untuk  memfotokopi makalah yang mesti dikumpulkan paling lambat hari itu, ketika gw berpapasan dengan Rani....

        Dia melihat gw, sepertinya mengenali gw (karena pertandingan sepak bola sehari sebelumnya.red), tersenyum, kemudian melanjutkan langkahnya, menjauhi gw yang sedang bergegas menuju tempat fotokopi dipenuhi penyesalan karena tidak menghentikan langkah gw sejenak untuk menyapanya....

          Sekitar jam 3.30, gw bergegas kembali ke gedung tempat perkuliahan gw untuk menyerahkan makalah di lantai 5. Setelah menyerahkan makalah dan gw berniat turun menggunakan lift untuk kemudian pulang, seketika lift terbuka.....Rani ada di sana!!!!

Gw membeku.....

Rani membeku.....

Gw: (masih membeku, kemudian tersadar) "Eh..." (Eh? Perkenalan macam apa itu???)

Rani: (tersenyum, menganggukkan kepalanya sembari melihat gw yang menunjukkan bahwa dia sepertinya mengenal gw)

Lift kemudian menutup dan naik ke atas menuju lantai 8.....

Seketika gw pun lupa akan niatan untuk pulang dan naik lift berikutnya untuk menyusul Rani ke lantai 8. Untuk apa? Gw sendiri tidak tahu. Yang jelas gw ingin melihatnya sekali lagi.....

Sesampainya di lantai 8, gw melihat Rani sedang berdiri menunggu di depan ruangan dosen. Gw kemudian berjalan melewatinya, sambil memandangnya. Rani melihat gw, kemudian tersenyum dan menganggukkan kepalanya (lagi....), dan dunia gw serasa membeku lagi....

Gw pun berjalan melangkah masuk ke dalam ruangan dosen gw tanpa gw sadari, kemudian gw bertemu sekretaris dosen gw itu.

Sekretaris: "Maaf, ada yang bisa saya bantu?"

Gw: "Eh, maaf. Saya salah masuk"

Gw pun berjalan melangkah keluar dari ruangan dosen gw itu. Gw melihat Rani masih ada. Gw berjalan melewatinya, sambil memandangnya (lagi??? Hanya memandang???). Rani melihat gw, kemudian tersenyum dan menganggukkan kepalanya (lagi.....), dan dunia gw serasa membeku lagi....

Sesampainya di rumah, gw ber-internet ria, dan melihat ada angka 1 di bagian notification gw. “Rani has accepted your friend request” 

Gw menjadi seperti orang yang tengah berpuasa dan mendengar beduk Maghrib. Senang luar biasa. Harapan selama satu hari tercapai. Makan enak.

Gw diterima menjadi temannya di facebook....

Yang lebih menggembirakan, Rani saat itu sedang online!!!

Gw pun memberanikan diri untuk menyapanya dengan mengajak chat melalui facebook.

Gw: "Eh, lo yang tadi di Gedung A itu kan?"

Rani: "Hehe...Iya kak..."

Gw: "Ooo...Emangnya ngapain di Gedung A? Perasaan mahasiswa baru kuliahnya ga di situ?"

Rani: "Oh, ketemu ayah, kak...."

Gw: "Oh, ayahnya siapa memang?"

Rani: "dr.Randi kak..."

Gw: "Oh itu...Iya gw tau (padahal blom pernah ketemu orangnya)...Eh gimana tadi? Pada cerita soal kemaren ga?"

Rani: "Hm, nggak sih kak..biasa aja...paling ngomongin soal rencana pertandingan selanjutnya..."

Gw: "Emang udah ada rencana di mana?"

Rani: "Mungkin di Sumantri (nama sebuah Gelanggang Olah Raga di Jakarta.red) lagi kak...."

Gw: "Oh, yah kalo bisa jangan yang mahal2 juga kali..."

Rani: "Hehe, iya kak...Ntar disampaikan deh..."

Gw: "Eh, lo lagi modul apa?"

Rani: "Modul Sel dan Genetika sekarang....Ini juga lagi ngerjain tugasnya"

Gw: "Oh gitu, emangnya tugasnya apa? Kali aja gw punya contohnya..."

Rani: (menyebutkan judul tugasnya yang gw sekarang lupa judulnya apa.red) 

Gw: "Bentar gw cari dulu...."

Gw: "Wah, ga ada nih...Sori ya...."

Rani: "Oh gapapa kak....."

(dan perbincangan kita berlangsung selama 1 jam....)

-----------------------000000000000000000------------------------

Keesokan harinya, gw kembali berpapasan dengan Rani waktu gw pulang kuliah (sekitar pukul 6 sore.red). Gw berjalan melewatinya, sambil memandangnya (lagi??? Hanya memandang??? Seriously????). Rani melihat gw, kemudian tersenyum dan menganggukkan kepalanya (lagi.....), dan dunia gw serasa membeku lagi....

Malamnya, gw melihat Rani online lagi. Gw pun kembali menyapanya....

Gw: "Eh, tadi ketemu lagi"

Rani: "Hehe, iya kak.."

Gw: "Kok tadi sore bener masih di kampus? Bukannya kuliahnya pagi?"

Rani: "Iya kak, kuliahnya emang pagi..Tapi tadi abis wawancara kak..."

Gw: "Wawancara apa?"

Rani: "Kan mau ikut badan mahasiswa kak, jadi tadi diwawancara dulu..."

Gw: "Oh, kenapa mau ikut badan itu emang? Ga cape tuh nunggu dari pagi sampe sore?"

Rani: "Abis kayanya asik kak, jadi ya dicobain aja dulu.."

(perbincangan hari itu berlangsung selama 30 menit)

---------------0000000000000000---------------

Keesokan harinya gw bertemu Rani di kantin saat istirahat siang. Gw berjalan melewatinya, sambil memandangnya (lagi??? Hanya memandang??? Seriously????). Rani melihat gw, kemudian tersenyum dan menganggukkan kepalanya (lagi.....), dan dunia gw serasa membeku lagi....

Sampai di sini gw bingung dengan keadaan gw sendiri. Kenapa gw tidak bisa menyapanya di dunia nyata???

Malamnya kita chatting lagi...

Gw: "Eh, gimana? Ntar jadinya di mana?"

Rani: "Jadinya di Sumantri lagi kak"

Gw: "Kapan ya?"

Rani: "Sekitar 2 minggu lagi kak...Nanti bakal dikasih tau kok..."

Gw: "Oh ok...."

(perbincangan hari itu berlangsung selama 15 menit)

--------------0000000000000000000000-----------------

Keesokan harinya gw tidak bertemu dengan Rani, gw pun tidak melakukan aktivitas chatting...

Sementara itu, teman-teman gw terus menanyakan perkembangan gw dengan Rani (percayalah, jika anda sedang mendekati seorang wanita, semakin sedikit yang mengetahui akan semakin baik.red).

Robi: "Eh, gimana? Udah ada perkembangan blom?"

Gw: "Perkembangan apaan?"

Robi: "Ya tentang lo sama Rani... Gimana?"

Gw: "Ya sempet chatting beberapa kali sih kemaren"

Robi: "Wah, udah lumayan dong...Buruan aja kali...Kalo kelamaan ntar gw samber loh..."

Gw: "Ya pelan-pelan aja kali...Ngapain buru-buru juga..."

Emil (teman gw yang lain): "Yah ntar lo nyesel disamber orang...."

Gw: "Ya kalo jodoh ga kemana kali..."

Emil: "Jangan chatting doang dong...Kalo chatting doang gw juga bisa....Gw aja udah chatting beberapa kali sama si Rani....Lo ikut latihan bola aja sama gw...Si Rani kan manajer bola, jadi dia pasti dateng tuh..."

Gw: "Gile, latian bola kan sampe jam 9 malem...Gimana baliknya gw???"

Emil: "Ya lo berkorban dikit lah...Daripada ntar gw yang dapet..??Kalo demi orang kaya dia sih, pertemanan bisa dikesampingkan...hehe..."

Saat itu gw sadar, gw belum pernah melakukan kontak langsung dengan Rani. Gw belum pernah berbicara langsung dengan Rani. Semua hanya terjadi di dunia maya. Gw sudah menyia-nyiakan golden period yang gw miliki untuk memulai menjalin hubungan dengan Rani. 

Satu minggu kemudian, gw ikut latihan bola, yang berujung dengan tidak bisa pulang dan menginap di kampus. Rani? 

Rani tidak ada......

(to be continued)