Thursday 23 September 2010

This is How I Met Your Mother....Part 3

Salah satu risiko yang harus kita hadapi jika mencintai orang yang berkualitas tinggi adalah banyak saingan. Tidak terkecuali gw dalam kasus ini, gw pun mendapat banyak saingan. Hal ini buat gw sangat wajar, karena cuma lelaki katarak atau yang habis dikebiri saja yang tidak suka padanya.

Pada kenyataanya, yang suka dengan Ima memang banyak, tetapi tidak semuanya berani melakukan pendekatan lebih jauh. Kebanyakan orang terkadang terlalu memikirkan azas keadilan yang standarnya dibuat sendiri olehnya, yakni yang menyatakan bahwa hanya lelaki tampanlah yang pantas memiliki wanita cantik....Menurut gw itu salah, yang benar adalah tiap orang pantas mendapat pasangan yang standarnya sama, atau dengan kata lain hanya lelaki terbaik yang pantas mendapat wanita terbaik.....


------------======================------------

Seiring berjalannya waktu, gw tahu Ima akhirnya gagal menembus seleksi Paskibraka tingkat Provinsi Jawa Barat, meskipun demikian dia tetap berlatih bersama tim Paskibraka Kota Bogor untuk Upacara Pengibaran Bendera 17 Agustus nanti, keadaan yang membuatnya tetap dikarantina untuk beberapa bulan ke depan, sementara gw makin disibukkan dengan beberapa lomba mata pelajaran (ini bener.red) dan masa-masa menjelang ulangan umum. Gw tidak bertemu Ima selama beberapa bulan di sekolah. 

Terkadang gw menyempatkan diri pulang lewat Lapangan Sempur, lapangan tempatnya berlatih tiap harinya. Tidak lama, tidak sampai turun dari angkutan umum yang sedang gw tumpangi. Hanya melihat wajahnya saja dari kejauhan sudah cukup buat gw. Penat seharian seketika menghilang disapu kerlingan matanya yang cokelat itu, meskipun sebenarnya jelas sekali dia tidak mengerling pada gw, gw tetap tidak perduli. Toh yang jelas setidaknya masih ada sedikit kontak, meskipun hanya lewat udara dalam dalam radius 50 meter.

Suatu pagi di pertengahan Juli, saat menjelang akhir kelas satu, gw tengah bersiap mengikuti Lomba Cepat Tepat Ekonomi dan Bank Sentral di Bank Indonesia. Sebuah lomba yang mestinya diperuntukkan kepada anak kelas tiga, tapi entah mengapa malah gw yang mesti ikut.

Awalnya gw tidak berhenti mengutuki diri. Kenapa mesti gw? Gw kan mau santai-santai setelah ulangan umum, bukannya mau belajar kaya gini.....Mana bahannya banyak......Namun, hal itu tidak berlangsung lama, karena pagi itu gw bertemu Ima.....Ya, Ima pagi itu datang ke sekolah sebelum latihan paskibraka. Dia datang dengan kaos latihan berwarna dasar merah dan putih serta celana pendek selutut warna cokelat seperti warna Pramuka tapi lebih lebar sehingga terlihat seperti rok.....

Gw: "Lho, Ima? Gak latihan?"

Ima: "Mau, tapi ini mesti ke sekolah dulu. Mau nganter surat dulu."
Gw: "Oooo....Eh, gw mau lomba nih, doain ya...."

Ima: "Oh, iya...Sukses ya, Ima tau Fantasista pasti bisa!!!"
Pak Guru: (tergesa-gesa) "Fantasista, yok kita berangkat. Nanti telat masuk kita. Bisa kena diskualifikasi nih...."

Gw: "Baik, Pak! Eh, Ima, gw duluan ya....." (melambaikan tangan)

Ima:  (melambaikan tangan) "Oke, daahhh...."

Hari itu semangat gw terbakar.....Gw punya satu tekad, gw harus menang. Kenapa? Karena kata-kata Ima yang menyatakan dia percaya gw pasti bisa.....Entah kenapa, belajar jadi 100 kali lebih gampang....Buku Undang-Undang Perbankan dengan mudah gw hafalkan (jangan tanya gw sekarang, sumpah sekarang gw lupa.red).

Gw mau membuat Ima bangga, karena jika seandainya gw juara nama gw akan dipanggil ke depan waktu upacara bendera. Dengan demikian gw berharap Ima bisa bangga karenanya. Gw tahu itu bukan hal yang logis, tapi terkadang cinta bisa menutup area asosiasi di otak kita, yang menghalangi kita memformulasikan semua keadaan menjadi kesimpulan logis tidaknya sesuatu. Dan berkat itulah, gw menang......

Hari Senin saat upacara bendera, nama gw dipanggil ke depan untuk menerima piala dari kepala sekolah.....Saat itu gw tidak perduli dengan orang lain. Gw tidak berharap apa-apa kecuali sedikit rasa dari Ima. Dari depan mata gw tidak berhenti berkeliaran mencari Ima, tetapi dia tidak ada. Belakangan gw tahu, hari itu Ima masih latihan Paskibraka, dan sampai sekarang sepertinya dia tidak pernah tahu gw memenangkan lomba itu......

----------=====================---------

Seiring berjalannya waktu, kita pun naik kelas....Sayangnya semesta belum mendukung untuk gw melanjutkan proses pendekatan dengannya. Kita beda kelas. Dia kelas 2-4, gw kelas 2-8. Kelas gw paling depan, kelas dia paling belakang. Kelas gw di lantai 2, kelas dia di lantai 1. HYang lebih gila lagi, salah satu saingan terberat gw ada di sana, satu kelas dengannya......

Saingan gw ini adalah kapten basket SMA gw. Seperti layaknya cerita-cerita ABG di sinetron, biasanya kapten basket adalah orang yang paling pantas didampingi sang "bunga sekolah", lagi-lagi suatu stigma ketidak adilan yang dibuat sendiri oleh televisi (yeah, terima kasih atas sumbangannya, Pak Pemilik Production House Pencetak Sinetron Beribu Episode.red).

Sang kapten ini, sebut saja Bara, sosoknya tinggi tegap atletis, dengan kulit kehitaman karena sering terbakar matahari akibat rajin latihan basket di tengah hari, jago olahraga, dan satu organisasi di OSIS dan Paskibra. Beberapa keberuntungan menjadi Bara, yang tidak dimiliki gw. Meskipun demikian, gw tidak begitu mudahnya untuk menyerah hanya karena mendengar gw mendapat saingan. Yeah, I'm not gonna run easily....

Sejak saat itu, gw berusaha mengalahkan Bara di segala bidang yang gw bisa, dengan cara yang "nggak katro" seperti menantang berkelahi di tengah lapangan seperti ayam (edan, Ima disamain sama ayam, gak rela gw. red), menjelek-jelekkan Bara ke semua orang (gak jantan tuh. red), dan cara-cara katro lainnya.

Gw memilih untuk mengalahkannya dalam setiap kesempatan yang gw punya. Misal, Bara yang juga dikenal jago bermain sepakbola, akan selalu gw kawal ke mana pun di lapangan, untuk memastikan dia tidak bisa berbuat banyak. Pada kenyataannya cuma itu yang bisa gw lakukan, karena ilmu basket gw hanya sebatas penemu basket adalah James Naysmith, dan di sekitar rumah gw sangat tidak mendukung untuk membentuk tubuh jadi tinggi dan kekar. Yah, gw berharap katalis gw sudah cukup mengisi LOVE-meter gw lebih cepat dari Bara.

Suatu hari di bulan September, satu bulan setelah Ima masuk lagi selepas dikarantina, gw mendengar kabar yang paling ditakutkan semua orang yang memiliki target yang diincar. Ima di-"tembak" oleh Bara!!!! 

Gw shock!!!!

Kabarnya Bara menyatakan cintanya dengan memberikan Ima sebuah kaset (sekarang jamannya CD, dulu mah masih kaset.red) Kahitna (Ima suka sekali Kahitna.red) yang  judulnya Cinta Sudah Lewat....Bara meminta Ima untuk mendengarkan lagu pertama dari side B yang berjudul Menikahimu (Gila ni orang, udah ngajak nikah aja. Masih SMA kali. red).

Sebuah ungkapan cinta yang mungkin sulit ditolak oleh beberapa wanita, tapi tidak untuk Ima, dia menolaknya. Belakangan gw akhirnya tahu, bahwa Ima menyatakan dirinya tidak boleh berpacaran sampai lulus SMA....Dari sini gw membangun perasaan, setidaknya dia bukan milik siapa-siapa, untuk dua tahun ke depan......


-----------------==================------------------


Di SMA gw, setiap anak kelas dua akan mendapat tugas Sosiologi untuk melakukan penelitian di desa terpencil di sekitar Bogor, yang diikuti dengan upaya-upaya untuk membangun desa tersebut. Keadaan ini mengharuskan kita tinggal di rumah penduduk selama 3 hari, bersama dengan kelompok kita masing-masing.

Fenomena menarik waktu turun desa adalah menjamurnya Cinta Lokasi. Ya iyalah, disini ungkapan witing tresno jalaran soko kulino sangat berperan. Di kelompok gw aja akhirnya jadi 2 pasang. Saat itu gw tahu, Bara masih melakukan pendekatan pada Ima, dan sekarang mereka satu kelompok turun desa. Meskipun gw tahu Ima telah menyatakan tidak akan berpacaran sampai lulus SMA, but people can change right? Bukan main perasaan gw ketika itu. Berasa ditindih Batu Loncatan Pulau Nias aja....Untungnya hal itu tidak terjadi....They were still single.....

Hal ini membuat gw merasa perlunya menjalin komunikasi lebih dalam dengan Ima. Tidak cukup hanya dengan bertegur sapa atau ngobrol selama 2-3 menit di tengah jalan saja. Akhirnya gw memutuskan melakukan salah satu hal bodoh untuk dia. Gw bolos praktikum kelas gw, biar bisa ikut praktikum kelas dia, dengan alasan untuk persiapan lomba (yeah, so lucky to be me. red).

Waktu itu gw ikut praktikum Kimia bareng kelas dia, kebetulan waktu itu mengenai reaksi kimia. Setelah meminta izin kepada guru yang sedang mengajar, gw langsung mencari kelompok dia.

Ima: "Loh, kok Fantasista ada di sini?"

Gw: "Iya nih, mau persiapan lomba. Eh gw bareng kelompok lo ya?"
Ima: "Oh yaudah, disini aja"

Gw: "Trus lagi pada ngapain nih?"
Ima: "Iya, ini mau matiin pembakar spiritus tapi ga bisa. Gimana caranya ya?"

Gw: (terdorong oleh jiwa gentleman) "Oh, gini caranya, jadi tutupnya tinggal di-ANJRITTTT!!!!!" 
Botol pembakar spiritus itu tiba-tiba pecah, dan sedikit membakar tangan gw. Yah, luka bakar Grade I (kulit merah dikit doang.red) sih, cuma malunya itu.......

Sejak saat itu gw mengambil satu pelajaran berharga, segala sesuatu yang diawali ketidakjujuran tidak akan berakhir baik, karena tidak akan ada bantuan dari semesta alam untuk menjamin keberhasilan langkah selanjutnya.....

Wednesday 22 September 2010

This is How I Met Your Mother....Part 2

Seperti yang pernah gw utarakan dalam cerita sebelumnya, setiap perasaan cinta pasti didahului oleh fase terpesona, sedangkan untuk memasuki fase terpesona perlu adanya "It Factor"....Nah,"It Factor" di sini terbagi atas 2 jenis. Yang pertama adalah yang namanya ''Super It Factor", yang bisa membuat lawan jenis atau target yang ingin kita pikat hatinya seketika akan terpesona pada kita.

Super It Factor ini antara lain kalo kalian memiliki  muka tampan dan perawakan macho seperti Brad Piit, atau suara seperti Rio Febrian, atau kemampuan bermain gitar seperti Slash atau Joe Satriani, atau teknik menggocek bola seperti Cristiano Ronaldo, atau hal-hal lain yang dapat membuat tiap wanita seketika memandang sambil terkadang diiringi backsound,"Ohhh, ganteng banget sihhh" atau"Ohhhh, suaranya keren banget sihhh", dan hal-hal lain yang dimiliki oleh kaum minoritas di muka bumi ini yang dapat membuat targetnya seketika terpesona padanya pada pertemuan pertama.

Tahapan selanjutnya adalah It Factor. Gw mengaku salah karena pada cerita sebelumnya gw menyatakan diri tidak memiliki It Factor. Mengapa? Karena pada intinya tiap manusia memiliki It Factor dalam dirinya masing-masing.

It Factor ini misalnya ketulusan hati, kebaikan hati, kejujuran, kesabaran, keramahan, suka menolong, cerdas, pintar, pandai, bijaksana, dan sebagainya. Sayangnya, It Factor ini tidak dapat dikenali pada pertemuan pertama. It Factor ini hanya dapat bekerja dengan baik pada orang-orang yang telah dikenal dalam jangka waktu tertentu, misalnya yang terjadi kisah cinta antara dua orang yang tadinya bersahabat, atau dua orang yang sebelumnya terlibat dalam proyek kerja sama (panitia acara, teman kantor, dsb. red) atau dua orang yang setidaknya sudah lumayan sering berkomunikasi.

Masalahnya, It Factor tidak dapat membuat seseorang seketika mengalami terpesona kemudian jatuh cinta. It Factor perlu waktu yang cukup lama untuk mencapai ambang batas terpesona, yang selanjutnya memiliki transisi yang cukup lama pula dengan keadaan jatuh cinta. Masalahnya, terkadang dalam perjalanan mengisi LOVE-meter ini, jika kita tidak cukup cepat, maka sang target akan mudah dialihkan oleh seseorang yang memiliki It Factor yang dapat mengisi LOVE-meter lebih cepat.

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah yang dialami sebagian besar orang ini, kita perlu untuk menambahkan katalis yang dapat mempercepat pengisian LOVE-meter.

Katalis ini diperlukan untuk mempercepat fase terpesona, dan diharapkan dapat mempercepat transisi menjadi jatuh cinta, dengan kata lain menciptakan sebuah shocking moment, yaitu keadaan dimana hanya Anda yang berani melakukannya, yang membuat Anda berbeda dengan orang-orang lain yang mengejar sang target, misalnya dengan membantunya mengerjakan tugas yang tidak dapat dikerjakan orang lain atau tidak ada orang lain yang mamu membantunya, atau tidak sengaja jatuh dari mobil yang sedang melaju kencang di rumahnya dan tetap hidup (ini katalis yang gak gw sarankan.red). Katalis ini perlu untuk orang-orang biasa seperti gw. Orang-orang yang gak punya Super It Factor.

Tanpa gw sadar, pada hari kedua MOS di mana gw teriak di depan kakak kelas itu, gw telah menciptakan katalis itu......

---------=================----------

Keadaan di kelas satu semester awal gak banyak memberi peran berarti untuk hubungan gw dan Ima, kecuali menjelang berakhirnya semester ganjil gw mengetahui Ima terpilih ikut seleksi Paskibraka. Ya, baris-baris seperti sudah menjadi gairah hidupnya, seperti halnya ketertarikan dirinya yang cukup besar akan dunia jurnalistik. Ada dua hal yang membuat gw senang akan hal itu. Pertama, dia senang karena terpilih seleksi Paskibraka tingkat Bogor, yang membuat gw juga ikut senang karenanya. Kedua, gw senang karena itu berarti dia akan sering berlatih di lapangan, yang membuat gw bisa melihat dia setiap hari dari jendela kelas gw yang berada persis di depan lapangan tempatnya berlatih setiap hari.

Latihan Paskibraka cukup keras. Ketika kami bernaung di bawah atap kelas, terlindung dari sinar matahari, Ima berlatih sambil berkawan dengannya (sinar matahari.red).

Ketika kami terlindung dari guyuran air hujan, Ima masih berlatih seolah seperti hanya bertemu embun.

Ketika jam 6 sore kami selesai sekolah dan siap untuk pulang ke rumah, terkadang Ima belum selesai latihan dan tengah ditempa oleh senior-senior pelatih Paskibraka.

Ketika sebagian besar orang baru bangun jam 6 pagi (gw bangun jam 4.red), saat itu Ima sudah sampai di sekolah dan tengan bersiap untuk menjalani latihannya.

Saat itu gw menyesali diri, kenapa gw gak bisa menggantikan dia?

Kenapa gak gw yang diguyur hujan?

Kenapa gak gw yang terkena panas?

Kenapa gw gak bisa gantiin dia pulang malam?

Tapi gw berpikir lagi, semua ini demi kebaikan dia. Semua ini pilihan dia. Gw bukan siapa-siapanya.

Yang jelas, gw menikmati setiap detik dia lewat di depan kelas gw.

Setiap detik dia lewat untuk ke kantin waktu istirahat latihan.

Setiap detik dia lewat untuk balik lagi ke lapangan tempat latihan.

Setiap detik gw melihat semangat di tatapan matanya yang tajam, yang seakan memotivasi gw untuk jadi yang terbaik, yang bisa membuat dia bangga.....

Setiap detik itu pulalah, gw merasa berada di dimensi lain, dimensi di mana imajinasi gw membawa hati gw terbang, dimensi di mana waktu serasa berhenti, dimensi di mana hanya ada gw dan dia......

------------================-------------

Waktu kelas satu itu, gw sempat sakit DBD (Demam Berdarah Dengue), yang membuat gw dirawat di rumah sakit selama seminggu. Setiap harinya ada dua hal yang selalu gw nantikan. Pertama, hasil lab yang menunjukkan keadaan gw membaik. Kedua, kedatangan Ima untuk menjenguk gw. Setiap harinya gw berpikir, apakah Ima sekarang ini sadar gw gak masuk sekolah? Ketika suatu hari temen-teman sekelas gw datang menjenguk, hal pertama yang gw ucapkan setelah ucapan terima kasih adalah keadaan Ima, apakah dia menanyakan gw, apakah dia pernah mencari gw, dan sebagainya.

Semua pertanyaan itu dijawab oleh satu kata dari temen-temen gw,"Nggak". Sebuah jawaban yang sebenarnya gw tahu, tapi gw tetap berharap kenyataan yang sebaliknya.

Eniwei, waktu gw masuk lagi, kebetulan gw ketemu Ima di kantin sekolah. 

Gw: "Eh, Ima. Beli apa nih?"

Ima: (sambil membuka toples) "Ini nih, mau beli MOMOGI" (sejenis snack dipenuhi penyedap rasa yang membuat ketagihan.red)

Gw melihat Ima mengambil 6 buah MOMOGI

Gw: "Wew, banyak bener? Sekalian makan siang nih? Hehehe" -->(Waktu itu gw masuk siang.red)

Ima: (tersipu) "Ah, enggak kok, tadinya mau ngambil dua, tapi keambilnya enam....hehehe..Nih mau dibalikin lagi ke toples (kemudian mengembalikan MOMOGI ke dalam toples)...Eh, duluan ya, udah masuk nih...."

Ima meninggalkan gw yang sedang pergi ke dimensi lain, berdua saja dengan senyumnya waktu tersipu yang sudah membuka pintu gerbang masuk ke dimensi lain tersebut......Dimensi yang dalam satu hari itu, akan terus menerus gw datangi karena terus menerus ia buka.

Hari itu gw harus mengejar ketertinggalan gw akan ulangan-ulangan harian yang mestinya gw ikuti waktu gw sakit dua minggu sebelumnya. Jadi kegiatan gw di hari pertama masuk sekolah setelah sakit adalah pindah dari kelas ke kelas untuk mengikuti ulangan harian bersama kelas lain yang belum ulangan.

Pada pukul 16.30, gw mendapat jadwal ikut ulangan harian Geografi bersama kelas 1-4, kelasnya Ima....

Hati gw bergetar tidak karuan waktu hendak memasuki ruangan kelasnya. Waktu terasa berjalan sangat lambat. Kaki gw terasa berat dan kaku. Perut perih (sebenernya karena belum makan.red).

Gw tiba di kelasnya Ima pukul 16.30 tepat. Ima belum ada di kelasnya. Guru Geografi belum masuk. Gw duduk sendiri mengambil kursi di bagian baris pertama kolom kedua dari kanan yang kebetulan kosong (gak kebetulan juga sih, mana ada murid yang mau duduk di depan guru kecuali "True Lickers". red). GW menanti Ima dengan cemas, berharap semoga dia bisa datang sebelum ulangan dimulai.

Pukul 16.35, guru Geografi gw datang.

Guru Geografi: "Yak siapkan selembar kertas. Kita ulangan."

Gw berharap Ima segera datang. Gw gak mau Ima kena marah karena telat datang untuk ulangan. 

Tidak lama kemudian, Ima masuk dengan tergesa-gesa dan melakukan hal yang tidak gw duga sebelumnya. IMA LANGSUNG DUDUK DI SEBELAH GW!!!! Keadaan yang membuat orang-orang terbengong-bengong.....

Sayangnya keadaan ini tidak berlangsung lama, Ima langsung sadar dari tempat duduknya dan langsung bangkit berdiri untuk pindah ke tempat duduknya setelah sebelumnya terlebih dahulu meminta maaf pada gw, yang langsung diiringi derai tawa satu kelasnya. Keadaan yang mungkin cukup membuat Ima malu, namun telah membuka pintu gerbang dimensi lain untuk kedua kalinya di hari itu.....

Sepulang sekolah, gw bermaksud kembali ke kelasnya Ima untuk mengambil buku gw yang ketinggalan di sana. Kemudian setelah gw selesai mangambil buku dan berbalik, kepala gw secara tidak sengaja menabrak kepala seseorang dengan cukup keras. 

Suara:  "Aduh" -->hm, kok sepertinya gw kenal ya? Ya ampun, itu Ima!!!! 

Gw: "Eh, maap banget ya....Sumpah gw tadi gak liat ada orang di belakang, dan gw buru-buru mau keluar kelas,"

Ima: "Oh gapapa" (sambil terus mengusap kening) "Ima juga mau ngambil buku yang ketinggalan kok"

kemudian gw menunggu Ima mengambil bukunya dan kita keluar bersama.....

Gw: "Duh sori banget ya....Jadi gak enak gini gw"

Ima (sambil tersenyum): "Gapapa kali, tenang aja" 

Gw: "Eh, gimana paskibranya? Lolos gak? (berusaha mengalihkan pembicaraan dan mencari topik)"

Ima; "Alhamdulillah lolos sampai tingkat Kotamadya. Sebentar lagi karantina untuk tingkat Provinsi nih. Doain ya" (sambil menatap gw dengan penuh semangat yang memancar daeri kedua bola matanya yang cokelat bulat seperti bola pingpong) 

Gw: "Wah, mantap! Gw doain lolos terus sampai tingkat nasional! Kalo Ima sih gw yakin pasti bisa!"
Ima: "Amiiin. Eh, Fantasista nyebrang kan? Ima ke kiri nih. Daahh" (sambil melambaaikan tangannya pada gw)

Keadaan yang membuat dimensi lain terbuka untuk ketiga kalinya di hari itu, yang membuat gw mulai berpikir, sepertinya dimensi ini suatu hari akan menjadi kenyataan....

Monday 13 September 2010

This is How I Met Your Mother....Part 1

Gw adalah orang yang percaya dengan ungkapan,"Kalo jodoh nggak kemana". Buat gw, itu sama banget kaya yang selama ini diajarkan oleh guru-guru kita, kalo ada 3 hal yang ga bisa kita ketahui, yakni Jodoh, Rezeki, dan Maut. Apa hubungannya? Yah, kalo mau disambung-sambungin, kita kan tidak akan pernah tahu, jodoh kita seperti apa, yang kita tahu, manusia (bahkan semua makhluk.red) diciptakan berpasang-pasangan, nah berarti jatah kita tuh sebenernya sudah ada, tinggal kita aja yang mendekati dia, tenang aja....

Maunya sih begitu.....Kenyataannya?

           Kita tidak tahu, jatah kita itu yang mana. Ibarat seorang ibu yang berkata pada anaknya,"Nak, nggak usah beli mainan di sini ya, ibu sudah menyediakan untuk kamu di rumah," yang sesampainya di rumah, si anak bingung, karena begitu banyak mainan yang sudah disediakan oleh ibunya. Ibunya berkata,"Nak, milikmu hanya satu. Kamu tidak bisa mengambil semuanya."
Masalah yang ada disini adalah, si anak bingung, mainan manakah yang sudah disediakan untuknya? Apakah robot-robotan? Mobil-mobilan? Atau boneka barbie(karena ibunya selama ini menginginkan anaknya seperti Paris Hilton, biarpun anaknya lelaki. Bingung? Gw juga...)? Situasi ini memunculkan pertanyaan di benak gw, seperti apakah jodoh yang sudah disiapkan Allah untuk gw? Jodoh yang pastinya wanita (bukan pria.red) terbaik untuk gw.

Mengingat kenyataanya seperti yang gw sebutkan di atas, kita tidak akan pernah tahu, apakah wanita yang kita suka sekarang, atau wanita yang sedang kita dekati sekarang ini jodoh kita atau bukan. Oleh karena itu, gw selalu berpikiran kalo wanita yang gw suka adalah "The One". Seseorang yang bisa gw bilang (dengan nada Tom Cruise dalam Jerry Maguire),"You complete me...."

Hal ini yang membuat wanita yang gw suka, selalu terlihat sempurna di mata gw. Setidaknya sampai gw menemukan hal-hal, yakni kekurangannya yang nggak bisa ditolerir lagi, dia akan tetap terlihat sempurna di mata gw.....Keadaan ini pula yang membuat gw gak menyerah segitu mudahnya, biarpun udah dihempas jatuh melewati tujuh lapis langit (oke, gw lebay.red).

Yang jadi masalah adalah, gw orang yang mudah sekali untuk terpesona yang dilanjutkan dengan jatuh cinta, bahkan 5 menit aja kadang sudah cukup. Jadi, kadang kalo ditanya,"Lo kenapa sih suka banget sama si X? Emang dia udah ngapain sama lo???" Itu adalah pertanyaan yang kadang sulit gw jawab. Kenapa? Ya karena gw gak tau jawabannya. Kadang kalo gw suka ya suka aja, baru kemudian gw berusaha mencari tahu tentang orang yang gw suka tersebut. Nah, jika dalam proses riset tentang dia ini gw menemukan suatu hal yang tidak bisa ditolerir (misalnya dia ternyata seorang pria.red), ya gw akan berhenti mendekati dia...

                                             ----------=================-----------------       

Jaman-jaman SMA adalah jaman-jaman dimana seorang manusia tengah mencari jati diri (katanya sih begitu.red). Masa pencarian jati diri ini termasuk di dalamnya waktu MOS (Masa Orientasi Siswa A.K.A ospek.red). MOS itu jika diibaratkan mungkin kentutnya neraka, yang kalo kecium baunya dari jauh aja udah bisa bikin pingsan, yang membuatnya banyak dijauhi dan ditakuti. Termasuk oleh gw....

Awalnya gw males ikut MOS, males untuk bikin tugas-tugasnya yang mustahil dikerjakan seorang manusia dalam waktu semalem suntuk (yang membuat gw merasa, wajar aja Sangkuriang minta bantuan jin.red), males untuk nyari barang-barang yang aneh-aneh (bolpen merek Garuda, kacang atom merek Aqua, atau sebangsanya.red), males dimarahin cuma karena kesalahan kecil yang diperbuat temen kita (yeah, termasuk ketika lo berhasil bangun pagi sementara temen lo datang ketika lo semua sudah duduk rapi di kelas, yang membuat lo mestinya hari itu bebas kemarahan jadi akhirnya dimarahi.red), dan dinamika lainnya yang membuat gw selalu males menghadirinya.

Tapi, gw akhirnya menghadiri MOS itu karena waktu pendaftaran ulang yang diakhiri pengumuman seputar MOS, gw melihat dia, wanita yang sampai sekarang masih membekas di hati gw.....

Wanita yang selalu membuat gw ingin terlihat keren di matanya....Wanita yang membuat motivasi gw berlipat tiap kali ikut lomba atau pertandingan apapun...Wanita yang selalu ingin gw buat bangga karena gw....Wanita yang ingin gw lihat berada di samping gw di hari tua gw......

Wanita itu dia....

Dia, sebut saja Ima, adalah wanita Sunda tulen (sering menang lomba puisi bahsa Sunda kalo gak salah.red), tinggi semampai, berkulit hitam manis, berparas ayu, dengan bulu mata lentik dan matanya yang cokelat bundar (kalo kata Iwan Fals matanya indah seperti bola pingpong.red), gemulai ketika berjalan, berambut pendek sebahu dengan style seperti layaknya Paskibraka yang sering kita lihat di TV tiap upacara 17 Agustus di Istana Negara (dan dia benar-benar seorang paskibra.red), dengan gaya berbicara dan tutur kata yang halus yang bahkan bisa mebuat seorang anak kecil diam dari tangisnya (oke, gw lagi-lagi sedikit lebay disini.red)

Eniwei, waktu pengumuman tugas MOS itulah, gw kebetulan (ya, kebetulan. Lucu sekali melihat bagaimana semesta berperan di sini.red) duduk di sebelah dia. Seperti layaknya pria normal, gw pun terpesona dibuatnya. Tidak butuh waktu lama untuk mengubah rasa males ikut MOS gw menjadi rasa berani mati, ketika gw denger dia bilang ke temennya untuk janjian dateng MOS (dari situ gw tahu, dia pasti ikut MOS).

Dengan tekad baja, gw pun mengerjakan tugas-tugas MOS yang hampir mustahil itu, bahkan sampai berkelana di pasar tradisional dan mengorbankan waktu tidur gw. Semua demi satu tujuan. Biar gw terlihat keren di mata dia. Keesokan harinya, gw tetap dimarahi habis-habisan di kelas, dan seharian gw tetap ga ketemu dia. 

Memasuki hari kedua MOS, gw tetap semangat mengerjakan tugas-tugas gw. Yang sayangnya tidak membebaskan gw dari kemarahan di pagi hari, yang disebabkan teman gw datang terlambat. Ketika ditanya hukuman apa yang pantas, saya bilang,"push up saja kak," yang sayangnya dibalas,"Push up?? Ini jaman moderen!!! Fisik udah nggak jaman!!!! Lo mesti pake otak lo!!!!" Sebuah kemarahan, yang mengubah jalan gw hari itu...
 
Hari itu gw kebetulan dipanggil ke depan "panggung utama MOS tempat berdiamnya para petinggi", dan di depan temen-temen gw yang sedang berdiri kepanasan gw ditanya,"Lo masuk SMA ini ada modal apaan hah???!!!"

Gw (bingung tapi tiba-tiba teringat peristiwa tadi pagi dan langsung diungkapkan),"Saya pake otak kak...."

Dibales oleh si kakak kelas,"Hah??!!! Apa???!!! Gw gak denger...Kencengin lagi coba....Bisa gak???!!!"

Gw (setengah teriak),"SAYA MASUK SINI PAKE OTAK SAYA KAK!!!!!!"

Ucapan gw itu ternyata bisa mendiamkan para kakak kelas yang lagi sibuk marah-marah ke temen-temen gw yang lain. Gw berpikir, wah, jawaban gw oke nih....Ternyata.....Seketika gw melihat muka temen gw di barisan terdepan yang melihat gw dengan tatapan,"Aduh, lo kenapa jawab itu sih????Sekarang kita semua akan mati!!!!"....

Seketika gw menyadari kalo gw membuat jawaban yang salah.....Selanjutnya bisa ditebak, semuanya tiba-tiba meledak dan memarahi gw...Yeah, it's one of the stupidest thing I've ever done...Tapi, di tengah kemarahan mereka itu, gw melihat Ima di dalam barisan, dan sejenak hati gw tenang.....Kemarahan mereka terdengar seperti suara Gollum ditelinga gw....Gw menikmati pemandangan itu...Setidaknya gw tahu hari itu dia dateng...Setidaknya gw tahu, hari gw sudah bisa membuat dia insyaallah tahu ada gw di SMA yang sama dengan dia.....

Yah, beberapa bulan berlalu setelah MOS itu, yang gw lewati dengan tidak berbuat apa-apa. Ya wajar lah, dengan bentuk fisik dan mental seperti itu, lelaki mana yang tidak tertarik??? Bahkan kabarnya, kabar mengenai dirinya sudah meluas sampai seluruh penjuru Bogor (ya, SMA saya di Bogor.red). Di situ gw berpikir,"Wah, gw suka sama wanita pujaan semua bangsa".

Dia itu ibarat Cleopatra yang sepertinya cuma pantas bersanding dengan Julius Caesar, karena kalau tidak Sungai Nil akan mengering. Atau dia itu ibarat Dewi Sri, yang kalo gw mendekatinya akan membuat petani berhenti panen padi. Intinya, gw merasa ini Mission Impossible (maksudnya bukan gw menyamakan diri dengan Tom Cruise, maksudnya misi yang gak mungkin gitu.red).

Eniwei, waktu class meeting (keadaan ketika selesai ulangan umum yang biasanya diisi dengan turnamen sepak bola.red) pada akhir semester ganjil ,waktu kelas satu, terjadi hal yang menaikkan semangat gw. 

Jadi, ceritanya gw waktu itu mau pulang, dan kebetulan ketemu dia waktu lagi nunggu angkot. Waktu itu dia memakai sweater biru dongker dengan 2 garis biru muda telor asin, sedang asik makan rujak dengan temannya sambil menunggu angkot. Tiba-tiba buah nanas yang mau dia makan jatuh dan terluka (oke, nanasnya ga terluka.red). Dan secara spontan gw langsung berkata
Gw:"Wah, buahnya jatoh tuh. Tandanya ada yang mau biasanya sih...."

Ima (tertawa kecil):"Hehehe...Iya nih...Berarti fantasista mau?? (Sambil menawarkan)"

Gw (dengan isi kepala yang serasa mau tumpah):"Oh, nggak....Maksud gw rusa-rusa itu kali yang mau...hehehe...(salah tingkah sambil menunjuk ke arah rusa-rusa yang ada di area rerumputan sebuah Istana di depan SMA gw)"

Ima (masih tertawa kecil):"Oh, kiran mau...hehe....Eh, angkot Ima tuh, Ima duluan ya....(kemudian mengibaskan tangan untuk dadah sebentar sama gw)"

Gw:"Oh iya,hati-hati sama rujaknya kalo gitu....(sambil membalas lambaian tangannya yang entah ditujukan ke gw atau rusa-rusa itu.red)"-->Keadaan di mana waktu terasa berhenti ketika berbicara dengannya dan melihat lambaian tangannya, namun seketika berjalan dengan cepat segera setelah dia pergi, yang membuatnya sulit ditemui dalam waktu singkat......
 
Angkotnya pun pergi membawa dirinya dari hadapan gw, meninggalkan hati gw yang bergetar karena suatu fakta penting. DIA TAHU ADA SEORANG FANTASISTA DI SINI.....


Thursday 9 September 2010

Kontemplasi Hati

Gw adalah salah satu orang yang tidak percaya akan ungkapan,"Love at First Sight" atau "Cinta Pada Pandangan Pertama" seperti halnya yang diungkapkan Glenn Fredly pada Audy di lagu Terpesona bagian reff-nya (Terpesona...Ku pada pandangan pertama....Dan tak kuasa...Ku menahan rinduku....) Well, buat gw itu bukan cinta. Seperti yang Glenn Fredly bilang, itu namanya terpesona.....

Cinta itu, setidaknya harus melibatkan kangen, takut kehilangan, dan bersedia mengorbankan apapun demi yang dicintainya...Gw ragu ada pria yang mau mengorbankan dirinya untuk mengerjakan tugas kampus seorang wanita yang belum 5 menit dikenalnya...Yah, mungkin aja sih, tapi buat gw pria itu ujung-ujungnya cuma bakal jadi "Budak Cinta" sang wanita, yang berujung pada keadaan sebagai berikut:

         Sang pria akan senantiasa membantu sang wanita mengerjakan tugas kampusnya dengan senang hati, dengan harapan setelah sang pria mengerjakan tugas kampusnya, sang wanita akan senang dan menganggap sang pria telah menyelamatkan dirinya dari siksa kampus yang kejam dan derita duniawi, sang wanita pun menganggap sang pria keren, dan bersedia menjadikannya pendamping hidup, dan mereka hidup bahagia selamanya.....

Itu yang akan terjadi pada cerita-cerita dongeng Hans-Christian Andersen, tapi tidak terjadi di dunia nyata. Pada kenyataannya, setelah sang pria mengerjakan tugasnya, sang wanita hanya akan mengucapkan terima kasih (mungkin beberapa akan mengucapkannya dengan sedikit berlebihan, seperti ," (dengan pandangan berbinar-binar)Wah, thanks banget ya! Kalo ga ada lo, gw ga tau deh apa yang akan terjadi!"-->padahal dia tahu, dia akan kena marah atau mungkin tidak lulus karena hal itu) yang pada akhirnya akan membuat sang pria melayang sampai langit ketujuh dan merasa sudah selangkah lebih dekat untuk menjadi kekasih sang wanita. 

Well, kenyataannya tidak seperti itu. Keesokan harinya jika mereka bertemu kembali, sang pria akan mencoba menyapa sang wanita dengan antusias, dengan harapan sang wanita akan balik menyapa dan mengajak sang pria makan bersama atau pergi bersama.

Sayangnya sang wanita akan seolah-olah mengalami short-term memory loss sehingga tidak bisa menampung ingatan baru bahwa sang pria telah bersusah payah membantunya, telah bermandikan darah dan keringat (oke, darahnya ga ada, gw sedikit berlebihan di situ......) demi menjaga kelangsungan hidup sang wanita tercinta di kampus tersebut (kampus di sini bisa diganti menjadi sekolah, tempat kerja, restoran, atau apapun yang kalian mau), yang menyebabkan sang wanita hanya akan membalas menyapa sekenanya dan di masa yang akan datang, pertemuan tidak akan lebih dari saling menyapa, yang diselingi dengan siklus yang telah saya sebutkan di atas.

Hm, mungkin gw salah jika terlalu meng-"generalisir" semua wanita adalah sama seperti di atas, yah semoga aja tokoh Lulu Tobing di sinetron "Tersanjung" atau Revalina S Temat di sinetron "Bawang Merah Bawang Putih" beneran ada setidaknya 20 persen aja dari seluruh populasi wanita di muka bumi ini, maka jumlah pria yang memiliki harapan kosong akan berkurang jauh....

Eniwei, gw tetap mengakui bahwa untuk memulai suatu hubungan, perlu melewati fase terpesona terlebih dahulu. Sebuah fase awal yang sulit untuk gw lewati. Kenapa? Hm, karena boleh dibilang tidak ada "It Factor" pada diri gw, yakni sesuatu yang membuat gw beda dan membuat lawan jenis gw berpaling dan tertarik sama gw.

Yah, kalian boleh bilang kalo gw kehilangan sebuah kata "percaya diri" dari kamus gw. Mungkin juga. tapi, yang sebenernya terjadi adalah, gw adalah orang yang sangat percaya diri dengan diri gw. Setidaknya gw pernah berani mendekati seorang wanita paling oke se-SMA (yang akan disebutkan dalam bagian lain dari blog ini), yang sebagian besar orang cuma bisa berharap bersamanya. Well, gw pernah mendekatinya, bahkan  cukup dekat. Yah, meskipun akhirnya tidak berujung pada suatu kebersamaan, but it still gave a bunch of good memories to remember....

Yah, pada kenyataanya saat ini, gw bukannya minim usaha untuk itu. Tapi pada kenyataanya gw memang kurang pengetahuan tentang itu. Seperti halnya anak TK yang mau nyetir mobil tapi dia minim pengetahuan akan mobil, atau seperti Tina Toon yang ingin pintar memasak seperti Farah Quinn tapi tidak tahu aneka resep masakan, gw mau untuk mencoba, tapi gw butuh ilmunya. Yes, I need guidance here.....

Saat ini yang terjadi adalah ketidaktahuan gw akan apa dari diri gw yang bisa ditonjolkan untuk memikat seorang lawan jenis. Yah, lebih tepatnya gw bingung. Gw selalu menimbang masak-masak setiap tindakan gw (khususnya menyangkut hal seperti ini).

Banyak yang bilang,"Lo ini dokter, tenang ajalah, ntar juga banyak yang nempel sama lo!" Guess what, gw nggak mau pasangan gw nantinya suka sama gw karena gw ini dokter. Gw mau dia suka sama gw, ya karena gw apa adanya, buka karena profesi gw (jadi gw mungkin nggak akan kencan sama perawat, bidan, maupun orang lain yang tau gw dokter dan sikapnya berubah 180 derajat setelah mengetahui itu).

Gw mau mendekati seorang wanita sebagai gw, yang pada kenyataanya itu susah. Setidaknya pada wanita yang gw dekati waktu kuliah. Kenapa gw mencoba mencari wanita yang seprofesi dengan gw? Karena gw beranggapan mereka akan memandang gw sebagai gw. Bukan sebagai orang lain. Well, ternyata itu susah.....

Pada kasus Mawar, gw bingung dengan cara pendekatan yang mestinya gw lakukan. Memang pada awalnya gw cuma bisa diam dan melakukan hal-hal yang sebagaimana layaknya dilakukan oleh orang yang jatuh cinta diam-diam, seperti mengetahui detail-detail kehidupan dia.

Gw tahu dia suka sama kwetiau goreng, suka gudeg, suka film (biarpun gw tetep nggak tahu film kesukaannya sampai sekarang), suka baca buku (biarpun gw nggak tahu buku kesukaannya sampai sekarang), suka musik (biarpun gw bingung dengan selera musiknya yang waktu tingkat satu suka bersenandung lagu-lagu hits top forty dan sekarang jadi suka band-band alternatif, but it's ok), suka nulis (hal yang menurut gw sebaiknya dia dalami, she's really good at writing), suka nonton F1 (kalo nggak salah, dia suka Kimi Raikkonen), dan beberapa hal yang mirip sama gw dan membuat gw bangga dengan rahasia kecil bahwa setidaknya ada beberapa kesamaan antara gw dan dia, seperti keinginannya untuk menjadi Dokter Spesialis Jantung, ketidak bisaannya mengendarai sepeda (yeah, gw juga nggak bisa. Ayolah, dunia nggak akan berakhir hanya karena ada yang nggak bisa mengendarai kendaraan tipis berbahan polimer dan aluminium beroda dua itu kan?), serta cita-cita terpendamnya yang sama seperti gw, yakni menjadi seorang wartawan olahraga.

Gw ga pernah bilang ini sama siapa-siapa, karena cuma akan berujung,"Ah, itu kan emang lo aja yang mau dibilang sama." Tapi kenyataannya memang begitu. Gw juga kebetulan mengetahui beberapa lagu yang dia tulis menjadi status di facebook-nya. Lagu-lagu yang kebetulan ada di hape atau komputer gw. Hal ini yang sepertinya membuat dia merasa agak aneh karena segitu niatnya untuk mencari di Google lanjutan dari lirik lagu yang dia tulis itu.

Dia sampai pernah menulis,"Nanti gw bakal nyari lagu yang ngga ada di Google buat jadi status gw". Yah, mungkin gw memang pernah melakukan itu (Googling.red), tapi paling cuma 1-2 kali. Selebihnya ya memang gw tahu lagunya atau kebetulan sedang rajin mendengarkan lagu itu. Di sini, gw merasa stigma negatif darinya untuk gw kian menguat.

Seorang temen gw (sebut saja si Ucup, seorang bule Depok yang mengaku cukup berpengalaman untuk urusan percintaan) pernah bilang bahwa jangan takut cuma sama satu kata tidak atau satu sinyal negatif dari seorang wanita yang dikejar (kedengarannya agak aneh sih, cewek kok disamain kayak ayam).

Satu kata tidak, berarti jalan kita ke situ ditutup, dan kita harus cari jalan lain untuk kesitu (bahkan kadang mesti memutar). Jika kata tidak itu sudah ratusan kali, barulah kita mulai berpikir mencari tujuan baru. Sayangnya, buat gw sepertinya seribu kata tidak belum cukup. Setidaknya meskipun gw berhenti mencari jalan lain, gw tetap menungu. Menunggu keajaiban untuk membawa gw melewati dinding yang ada, sehingga gw bisa mencapai tujuan itu.

Meskipun demikian, kejadian beberapa bulan yang lalu cukup membuat gw sakit. Ceritanya gw dan Mawar secara tidak sengaja ditunjuk menjadi Ketua dan Wakil Ketua rombongan kami waktu bertugas. Logikanya, gw harusnya merasa senang akan hal ini. Ya iyalah, kapan lagi ada momen yang pas untuk mendekati dia jika bukan pada momen seperti ini. Kapan lagi gw bisa mendekati dia dengan leluasa jika bukan karena momen seperti ini?

Pada kenyataannya tidak demikian. Gw adalah orang terakhir yang ingin hal itu (Gw ketua dan Mawar wakilnya), karena gw memprediksi Mawar akan berpikir macam-macam. Kejadian selanjutnya benar-benar mengiris hati gw. Mawar terlihat sangat tidak senang akan hal ini. Dia menunjukkan ketidak sukaannya dengan situasi ini pada seorang temen gw dengan berkata,"Ah sial, gw ketimpa sial nih! Brengsek banget!@ Pasti si "fantasista" (maksudnya gw.red) yang mengatur ini semua! Parah banget!" 

Sudah cukup sampai di situ? Ternyata tidak sodara-sodara! Sia melanjutkan manuvernya dengan menulis di status facebook-nya yang menyatakan bahwa dia merasa dijebak, dan ada orang yang mengatur ini semua, yang ditutup dengan ungkapan kemarahan dia akan hal itu. Percayalah sodara-sodara, bukan saya yang mengatur itu semua. Mana ada orang yang mengatur agar dirinya jadi ketua? Jadi ketua itu banyak pikirannya. Ribet. Mesti mengatur sana-sini. Mana ada yang mau mengajukan diri untuk direpotkan seperti itu? 

Setelah itu, dapat dibayangkan, beberapa mingu kedepan menjadi minggu-minggu yang cukup menyiksa buat gw. Meskipun gw sudah menulis di status facebook gw yang menyatakan bahwa sebaiknya kita bersikap profesional saja, tapi tetap saja gw nggak bisa melihat matanya.... 

Pertemuan terakhir gw sama dia adalah waktu buka puasa bersama angkatan kami, yang diakhiri dengan acara saling bersalaman. Waktu itu waktu terasa berjalan sangat lambat buat gw. Tiap detik menjelang bersalaman dengannya membuat udara terasa pengap (padahal sebenernya nggak lho, kipas anginnya ada  4!!!). Gw sempet bingung mau salaman apa nggak. Akhirnya ya salaman juga. Satu-satunya hal yang membuat gw tetap bersalaman adalah gw nggak mau dilaknat agama karena memutus tali silaturahmi.

Hal ini sangat menyakitkan gw. Mungkin memang gw nggak punya "It Factor" seperti yang gw kemukakan di atas, yang membuat dia untuk berpaling dan tertarik pada gw. Tapi yang mengganggu pikiran gw adalah, apakah gw segitu buruknya sampai dia merasa bahwa bekerja bersama gw adalah suatu mimpi buruk? Atau sekedar melihat mata gw akan membuat matanya terbakar seperti Cyclops di X-Men? Atau sekedar memberi ruang buat gw untuk mendekatinya adalah salah karena akan membuatnya kehilangan kebahagiaan seperti dicium Dementor di Harry Potter?

Mengapa seseorang bisa sedemikian antipati pada kita, hanya karena kita mencintainya? Sejak kapan mencintai seseorang seperti dia adalah suau kesalahan? Sejauh yang saya tahu lewat agama saya, mencintainya sah-sah saja tuh....Darimana kita tahu seseorang itu akan menjadi pasangan kita di masa depan jika kita tidak ingin mengetahuinya? Seperti halnya percobaan Schrodinger dengan kucingnya, kadang kita perlu membuka kotaknya untuk tahu apakah kucing itu hidup atau tidak (http://en.wikipedia.org/wiki/Schrödinger's_cat-->linknya buat yang mau tau percobaan sebenarnya). 

Mungkin adalah sah-sah saja jika gw adalah seorang psikopat yang gemar membunuh korbannya setelah sebelumnya dijadikan kekasih, atau seorang pemerkosa dengan celana dalam warna hijau yang tiap malam bergerilya mencari wanita. Pada kenyataannya gw adalah seorang pria normal, yang mau mencintai dengan normal.

Adalah nggak adil jika setiap wanita di dunia ini bertindak dengan standar sendiri seperti dia. Yang jika melihat ada seorang pria normal yang menyukainya namun tidak dengan dirinya, akan buru-buru menyetop langkahnya sebelum memulai pengejaran terhadap dirinya. Satu hal yang gw tau, biarpun Bondan Prakoso bilang ,"Ya sudahlah" (bukan yang "Si lumba-lumba!!! Makan api!!!"), tapi di syair lanjutannya dia juga bilang," Ku kan slalu ada untukmu..."

Ya, biarpun gw nantinya berhasil move on (and I will), kapanpun dia minta pertolongan sama gw, gw akan menolongnya dengan 200 persen kekuatan yang gw punya....





Wednesday 1 September 2010

Not a Love Story, Just a Story About Love Part 4 - End

Yang namanya jatuh cinta, pasti apapun bakal dipaksa-paksa agar seolah-olah kita berjodoh dengan seseorang yang kita inginkan itu. Misalnya dari yang paling ringan adalah,"Eh, hari ulang tahun gw sama dia sama loh" atau "eh, gw sama dia suka makanan yang sama loh" atau "eh, dia ga suka apel kaya gw loh". 

Hal ini sebenarnya beberapa kali terjadi pada gw dan dia, yang diluar kesengajaan. Seperti misalnya waktu gw mengunjungi sebuah pameran mobil bersama temen-temen gw, kebetulan dia ikut juga, yang memberikan hasil dia sontak menjauhi kerumunan waktu melihat ada gw di situ. 

Gw, jujur, merasa risih akan hal ini. karena sebenernya ga ada alasan untuk melakukan hal sampai sedemikian sama gw. Yah, mungkin saja memang waktu itu dia sedang tertarik dengan sesuatu di tempat yang agak jauh, tapi tetap saja hal itu agak mengganggu gw. Pikiran objektif gw mulai terjangkiti sebuah penyakit bernama subjektivitas....Hal itu membuat gw menyadari keberadaan gw sudah sedemikian mengganggu untuknya, yang membuat gw akhirnya menjaga jarak (dalam arti sebenarnya.red). Gw memilih menjauh karena hanya dengan menjauh dia menjadi lebih bahagia.

Meskipun setelah itu gw sempat bertemu beberapa kali, yang sebenarnya layak untuk dipaksa-paksa untuk seolah-olah dibilang jodoh (termasuk bertemu di bioskop dan pameran mobil itulah, atau mengenali lagu yang sama, menyukai beberapa film yang sama-->beberapa gak berarti semua), tapi tetap ada denial dari gw, karena gw ga mau ujung-ujungnya "ge-er" ga jelas.

hal-hal ini membuat gw berpikir, apakah dia cukup berharga untuk gw pertahankan? Apakah dia cukup berharga untuk gw tunggu? Eventhough she made me feel like I'm in a perfect disaster. A disaster that I'd love to deal with....

Eniwei, keadaan gw saat ini ga se-gakjelas dulu. Gw lebih memilih menikmati hidup gw. Membiarkan hidup gw mengalir. Tanpa hambatan yang membuatnya berhenti, tapi hanya memberi riak yang menguatkan arusnya....

Not a Love Story, Just a Story About Love Part 3

Seperti halnya pada film-film remaja masa kini, alur cerita ini ga turun terus. Ada fase naiknya (setidaknya menurut gw), yaitu ketika gw di tingkat 4 saat gw agak males dengan sikapnya yang terus menerus seperti itu sama gw. Waktu itu, ceritanya gw sedang mendekati orang lain (tenang aja, nanti ceritanya juga akan ada di blog ini) dan sepertinya dia (Mawar, bukan si "orang lain") mengetahui hal itu.

Ibarat gol Teddy Sheringham di menit 91 waktu Manchester United vs Bayern Muenchen di Barcelona tahun 1999, dia mulai berubah agak drastis. bermula ketika dia tertawa mendengar ocehan gw (yang menurut gw sendiri ga lucu). Dulu, jangankan tertawa mendengar lawakan gw, bahkan tiap kali gw berbicara di depan dia pun dia ga pernah ngeliat muka gw.

Sekarang, setidaknya dia mau ngeliat muka gw, dan kadang tertawa kecil kalo menurut dia ada yang lucu dari gw (lucu di sini maksudnya "funny", bukan "cute".red).

Suatu ketika, kita berdua sempat terkena undian jaga malam di Instalasi Gawat Darurat di sebuah Rumah Sakit tempat rujukan terakhir beragam penyakit di Indonesia. Keadaan waktu itu berbeda 180 derajat dengan keadaan waktu jaga malam terakhir antara gw dan dia (yang diwarnai dengan "kediamseribubahasaan", "kedunkindonutan", 'kesatepadangan" dan "kemartabakdurenan"....). 

Dia mulai negur gw duluan untuk pertama kalinya (walaupun teguran pertamanya adalah minta tolong periksa gula darah pasien diabetes mellitus, but it still made me happy). Dia mulai ngajak bercanda gw untuk pertama kalinya. Dia ngajak makan untuk pertama kalinya (jam setengah delapan malam tepatnya). Jaga malam ketika itu, gw perkirakan akan berakhir dengan indah. Sayangnya, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak (oya, congrats buat Arema Malang, sang juara Indonesia Super League 2010), akhir jaga malam gak seperti yang gw harapkan.


Waktu itu, yang ada di bayangan gw adalah, seperti ini
 "Shift jaga malam kami berakhir, hari sudah agak larut, malam semakin dingin, kompor makin panas, Megan Fox makin oke (Lho?????), gw kemudian menunjukkan sikap gentle dengan menawarkan mengantarkan pulang ke rumahnya dengan jalan kaki, gw mengantar sampai depan rumah, dia bilang terima kasih karena sudah mengantar, dadah-dadahan pelan-pelan, trus dia masuk ke rumah sambil sesekali ngeliat ke belakang untuk memastikan apakah masih ada gw apa nggak, trus pas ngeliat gw masih ada dia senyum bentar , trus dia masuk ke rumah. Kemudian hubungan kita akan semakin membaik sejak saat itu...."

Sementara kenyataannya adalah seperti ini,

Shift jaga malam kami berakhir, hari sudah agak larut, malam semakin dingin, gw pun bertanya,"Lo mau langsung pulang?", dia bilang,"Gak, gw mau ke ATM dulu", gw bilang,"Yaudah gw anterin deh, bahaya juga malem-malem gini lo ke ATM sendirian," dia bilang,"Oh yaudah." Kemudian dia masuk ke box ATM dan gw menunggu di luar. Kemudian hal yang paling buruk itu pun terjadi. Tiba-tiba, sang pria pemilik wanita ini mendatangi gw dan bilang,"Eh, lo jaga bareng Mawar? Dia dimana?" Gw berpikir, lah masa lo ga dikasih tau, gimana ini? Cuma gw akhirnya bilang,"Oh, tuh dia lagi di dalem ATM," kemudian si pria ini bilang,"Oh, makasih". Dan gw akhirnya pulang sambil  berjalan lurus tanpa melihat ke belakang.....Gw sakit.....

Sementara itu, di akhir tingkat 4, kita semua mendapat kewajiban untuk membuat riset (penelitian.red), sebuah kewajiban yang mestinya sudah diselesaikan sejak tingkat pertama namun baru mendapat tempat di waktu kami ketika tingkat 4, karena kesibukan kami akan jadwal sehari-hari (sibuk nonton, sibuk main sepakbola, sibuk jalan-jalan, sibuk makan,dsb). 

Gw kebetulan sudah menyelesaikan riset gw lebih dahulu dari dia, ketika gw bertemu dia di perpustakaan. Dia yang sedang bingung dengan format risetnya. Dia yang sedang bingung dengan rumus-rumus statistik. Dia yang sedang bingung untuk mengubah format word menjadi pdf. Melihat hal itu, gw berinisiatif menawarkan bantuan mengedit risetnya, mengatur format halaman, dan mengubah file rietnya dari word menjadi pdf. Tidak lupa gw meminjamkan dia sebuah buku mengenai statistik untuk membantunya menyelesaikan risetnya itu (buku yang sampai sekarang belum kembali, yang setidaknya membuat gw senang bahwa ada sedikit  bagian dari gw buat dia). Lantai di bawah kaki gw serasa hilang, waktu risetnya selesai dan dia bilang terima kasih banyak sama gw karena udah membantu mengerjakan risetnya itu.

Sejak saat itu, gw merasa hubungan kita menjadi lebih baik lagi....

Dulu, gw pernah ngajak dia chat waktu dia online, dan dia membalas dengan langsung offline....Tapi sekarang dia membalas chat gw dengan lancar......

Sejak itu, gw sering mengomentari status-status fesbuk dia. Status fesbuk dia umumnya diambil dari syair lagu (yang sangat susah untuk diingat untuk pemilik memori seperti gw). Jadi, gw mencari lanjutan dari syair lagu itu di google. lagu-lagu yang umumnya diambil dari lirik lagu beraliran pop alternatif tahun 90-an maupun 2000-an.

Hal ini berlangsung beberapa lama, sampai sepertinya dia sadar kembali setelah gw mengomentari  status dia dengan melengkapi syair lagu yang dia tulis. Dia mengatakan bahwa dirinya akan berusaha mencari lagu yang lebih susah untuk dicari di google. Di sini, gw mulai berpikir bahwa dia sudah menyadari lagi bahwa gw masih menyimpan perasaan.

Sejak itu, hubungan kita merenggang kembali. Interaksi lebih pada bertegur sapa saja, tanpa komunikasi intensif dua arah. Tidak ada lagi dirinya yang tertawa. Dia kembali pada dirinya yang dulu, hm mungkin dengan intensitas penghindaran yang tidak terlampau ekstrem. Mungkin karena di tingkat 5 gw tidak lagi satu kelompok dengan dirinya.

Keadaan ini berlangsung terus, dan menncapai puncaknya ketika dia berkata pada salah seorang temen gw (lagi),"Gw ga suka sama dia (maksudnya gw.red) dan gw bakal antipati sama dia" yang beberapa minggu setelahnya diikuti dengan ucapan dia pada salah seorang temen gw yang berencana mengajak gw untuk ikut jalan-jalan bersama, dia bilang,"Gw ga nyaman kalo ada dia (maksudnya gw.red)". Gw baru sadar, kehadiran dan keberadaan gw pun sudah sedemikian mengganggu untuknya. Hal itu membuat gw semakin sakit....