Friday 7 January 2011

Song in Her Eyes

Ada satu ciri khas dari orang yang sedang jatuh cinta, yakni terkadang seseorang rela melakukan apapun demi orang yang dicintainya. Termasuk melakukan hal-hal yang umumnya tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang berakal sehat. Misalnya, Romeo rela meminum racun demi cintanya pada Juliet (agak aneh, soalnya jika Romeo akhirnya mati, bagaimana dia bisa melanjutkan cintanya? Terkesan seperti menyerah pada keadaan.red), Jack Dawson rela mati demi Rose di Samudera Atlantik yang dingin (dari film Titanic.red), atau Napoleon Bonaparte yang rela meluangkan waktunya untuk menulis ribuan surat cinta di tengah-tengah perang kepada Josephine de Beauharnais, dan banyak kisah-kisah lainnya. Orang yang sedang jatuh cinta, hidupnya selalu berbunga-bunga. Mau harga BBM naik, mau ditilang polisi, mau tim sepakbola kesayangan kalah, tetap tidak mampu membuat hari kelabu. 
Mungkin banyak yang akan berkata sinis pada hal-hal seperti demikian. Pada kenyataannya, masih banyak orang yang seperti itu. Setidaknya, gw pernah seperti itu....

---------------------------oooooooooooooooooooooo--------------------------

Masa-masa ospek adalah masa yang paling dibenci sama mahasiswa baru tapi paling disenangi mahasiswa senior. Bagi mahasiswa baru, ospek berarti penderitaan berkepanjangan selama berhari-hari, menghitung biji kacang hijau 10.000 butir, membuat karya tulis 5 jenis, membawa nasi uduk dengan lauk tempe segilima dan tahu segidelapan (lauk disini bisa diganti jengkol dan pete.red), dan setumpuk tugas ajaib lainnya. Bagi mahasiswa senior (umumnya lelaki.red), ospek berarti ajang pencarian “bakat-bakat baru” (mahasiswi baru yang kecantikannya di atas rata-rata.red). “Bakat-bakat baru” ini umumnya belum mengetahui kejamnya dunia kampus, sehingga para senior berharap mereka dapat memberikan “perlindungan” kepada mereka. 
Gw pernah mengalami keduanya....
Gw pernah menjadi mahasiswa baru (selanjutnya disingkat maba.red) yang menemukan tambatan hati, dan pernah pula menjadi senior yang menemukan “bakat-bakat baru” waktu ospek.
Cerita kali ini, adalah cerita tentang gw yang pertama. Sang mahasiswa baru yang masih hijau....

----------------------oooooooooooooooooo------------------------

Gw pertama bertemu wanita ini (sebut saja Melati.red) pada masa-masa setelah ospek resmi dari fakultas berakhir. Jadi, setelah ospek berakhir, kami (maba.red) harus menjalani beberapa bulan “masa penyesuaian” (yang berarti penderitaan belum sepenuhnya berakhir.red) yang antara lain menunjukkan identitas  kami sebagai mahasiswa baru dengan memakai jaket kuning kemana-mana (ke kantin, perpustakaan, yang jelas di areal kampus.red)-->what a great signature!!!

Dalam “masa penyesuaian”, kami diharuskan untuk saling mengenal satu sama lain, dan saat itulah gw berkenalan dengan Melati, yang sejak awal gw sudah menaruh hati padanya. Gadis berkulit putih dengan rambut panjang sebahu. Sejak itu, gw sering berusaha menempatkan diri agar bisa duduk berdekatan dengannya. Termasuk ketika kami semua sedang dikumpulkan oleh para senior.

Gw: “Hm, mau ngapain lagi nih senior-senior ngumpulin kita?”

Melati: “Aduh ga tau nih...Gw takut banget...Gw orangnya panikan banget soalnya....”

Mendadak gw seperti mendengar Peter Cetera bernyanyi dari matanya....

I am a man who will fight for your honor
I'll be the hero you've been dreaming of
We'll live forever
Knowing together that we
Did it all for the glory of love

Just like a knight in shining armor
From a long time ago
Just in time I will save the day
Take you to my castle far away 

Senior: “Jadi siapa nih yang mau jadi panitia pemilihan ketua angkatan??? Ga ada yang mau? Saya tunjuk nih!!!”

Gw: (melihat Melati tambah panik, tiba-tiba lagu itu terdengar lagi keluar dari matanya) “Saya!”

Senior: “Kamu!! Maju kesini! Ada lagi yang lain??”

Gw: “Tenang aja, Mel. Dengan begini, mereka ga bakal nunjuk lo maju ke depan.”

Melati: “Oh, makasih yah...”

Gw maju ke depan, tidak lagi peduli akan apa yang akan terjadi pada gw, yang jelas gw merasa sudah berhasil menyelamatkan Melati dari terkaman para senior ini. 

---------------------oooooooooooooooooo---------------------- 

Sejak itu, gw semakin berusaha mendekati Melati. Waktu kami diminta oleh senior untuk menulis biografi teman wanita dan teman pria, gw menulis biografi Melati. Karena kelas kami berdekatan, gw sering menunda waktu masuk untuk melihat Melati datang. Gw ikut kegiatan ekstrakampus yang sama dengan Melati. Bahkan gw terus berharap bisa satu kelompok dengan Melati. Harapan itu terkabul. Gw satu kelompok dengan Melati waktu tingkat 2 dan tingkat 4.

Sayangnya, waktu tingkat 2, Melati ternyata telah di-“tembak” (bingung, mengapa harus itu istilahnya?red) dan menjadi kekasih seorang kakak kelas. Gw kalah cepat.

Waktu tingkat 4, saat awalnya yang gw tahu adalah dia sedang sendiri, ternyata gw salah. Dia sudah ada yang memiliki. Gw kalah cepat. Lagi...

Meskipun demikian, waktu tingkat 4 gw tetap sedikit menaruh harap padanya. Gw berusaha sebisa mungkin meningkatkan intensitas bertemu dengannya. Sebisa mungkin mengatur jadwal gw agar bisa berjaga malam dengannya. Sebisa mungkin mengatur agar bisa mendapat tugas yang sama dengannya. Sebisa mungkin mengatur agar bisa bersama dia, dimanapun dan kapanpun....

Seiring dengan seringnya kebersamaan itu, gw jadi sedikit banyak mengetahui kebiasaan buruknya, yakni mudah panik di segala kondisi. Meskipun demikian, entah mengapa hal itu membuat gw kuat. Hal itu membesarkan hati gw. Hal itu membuat gw merasa penting, merasa diperlukan. Mengapa? Karena terkadang ketika panik, dia sering mengatakannya pada gw...”Aduh gimana nih...Buat ujian hari ini gw belom siappp....” atau “Aduh gimana nih...Gw penguji gw galak banget...” atau “Aduh gw bego banget nih...Gimana nihh??”. Selain itu,  kadang dia menunjukkan rasa paniknya dengan bentuk lain, seperti jadi sering sakit perut, mual, dan gejala bowel syndrome lainnya. Biasanya gw akan berusaha menenangkan dia, yang biasanya pula ditanggapi dengan “Tapi lo kan nggak ngerasain...” atau “Ya tapi gimana....???Gw bego banget tadi...Pasti gak lulus ini gw...” atau semacamnya. Yang jelas gw senang bisa berada di dekatnya waktu dia membutuhkan gw.

Satu hal yang paling berkesan buat gw adalah waktu gw dan dia ujian di salah satu modul di tingkat 5. Waktu itu dia sempat datang pagi-pagi karena pernah berjanji untuk membantu gw, yang ujung-ujungnya akhirnya dia pulang juga dan berjuang sendirian, tapi gw senang. Dia menepati janjinya....
Waktu dia ujian, dia bilang gw tidak usah datang, karena menurutnya dia bisa meminta bantuan gw melalui telepon. Hari itu dia panik melebihi biasanya. Wajar. Karena pengujinya adalah salah seorang dosen yang terkenal killer di antara kami. Terkadang gw berpikir dunia ini tidak adil. Mengapa orang seperti gw mendapat penguji yang kalem, sementara dia mendapat penguji seperti itu.
Anywayy, setelah ujian berakhir, gw menelpon dia untuk menanyakan kabar perihal ujiannya tersebut, yang disambut dengan isak tangis...”Gw bego banget..(hiks...hiks)...Ga bisa jawab semua pertanyaannya...(hiks...hiks..)...” dan “Pertanyaannya aneh-aneh semua...(hiks...hiks....)... gw ga bisa jawab...(hiks..hiks...hiks..)” dan masih banyak lagi isak tangis yang lain. Saat itu gw berusaha ada untuk dia, jadi gw waktu itu hanya mendengarkan dia selama 30 menit....

-------------------------oooooooooooooooooo-----------------------

Sayangnya setelah itu semua menjadi antiklimaks. Terakhir kali gw jaga malam bersama dirinya, dia terlihat seperti tidak tenang. Hal itu membuat gw berusaha menenangkannya.

Gw: “Lo tenang aja kali. Ga usah gelisah kayak gitu.”

Melati: “Lo kenapa sih??!!! Ribet banget!!! Ga usah ngurusin gw deh!!!”

Gw shock....Sejak itu, entah mengapa, gw agak enggan berinteraksi dengannya. Mungkin karena tidak menyangka akan respons yang sedemikian dari dirinya.

Terakhir gw bertemu dia, waktu acara pelantikan kami sebagai dokter. Ketika itu dia datang bersama kekasihnya. Gw berpikir untuk mendapat setidaknya kenang-kenangan dengan berfoto bersama dirinya.

Gw: “Eh, foto bareng gw yuk!”

Melati: (kaget dan panik) “Lho? Kenapa mesti sama gw? Kenapa ga sama yang lain aja?”

Gw: (lebih kaget lagi. Merasa ditampar Wonder Woman) “Eh, bareng yang lain juga kok.” (gw langsung mencari orang lain jadi kami tidak difoto hanya berdua.) “Eh, yuk foto bareng yuk!”

Orang lain: (kaget karena sedang mengobrol dengan temannya tapi tiba-tiba didatangi gw dengan muka aneh dan meminta foto bersama) “Eh? Eh? Eh? Yaudah deh..”

CLICK!!!! Kami pun difoto berempat....

------------------ooooooooooooooooo----------------

Gw selalu berpikir, semesta selalu memiliki caranya sendiri untuk mempersatukan dua insan. Semesta juga selalu memiliki caranya sendiri untuk memisahkannya. Dengan tanda-tanda yang nyata, yang terkadang tidak kita sadari karena terlalu dibutakan oleh cinta. Dengan Melati, gw merasa dibutuhkan, merasa diperlukan, merasa penting. Tapi gw melupakan hal lain. Melati tidak pernah berbagi dengan gw jika sedang mendapat kebahagiaan. Keberadaan gw seolah hilang saat Melati sedang bersama teman-temannya. Gw juga melupakan satu hal yang sangat penting, Melati sudah memiliki kekasih yang sangat mencintainya. Ketika gw menyadari hal itu, seketika gw sadar, sekarang sudah tidak ada lagi lagu yang terdengar dari matanya....

2 comments:

  1. Hmmm.. Melati.. Sepertinya saya tau hehe.. Gokil kisah cinta lo sendu2 bgt yak.. Semangat gan.. Dibukuin dong ini blog juragan..

    ReplyDelete