Friday 17 December 2010

Pelangi dan Titik Hujan

Gw sering bertanya-tanya kepada diri gw sendiri ketika melihat sepasang pria dan wanita yang tengah menjalin hubungan (entah sebagai kekasih ataupun dalam ikatan pernikahan.red) yakni bagaimana mereka bisa bertemu? Bagaimana mereka bisa yakin bahwa orang yang mereka temui, mereka suka, dan mereka cintai itu adalah orang yang tepat bagi mereka? Oleh karena itu, gw mencoba membuat beberapa teori tentang bagaimana dua orang bisa bertemu, saling suka, kemudian menikah.


Teori pertama adalah "Teori Limit Negatif Kuadrat". Apa maksudnya ini? Hm, jika merujuk pada film yang sempat "meledak" waktu gw SMP (Ada Apa dengan Cinta.red), teori ini kurang lebih ingin menjelaskan bahwa cinta bisa tumbuh dari dua orang yang saling bermusuhan, seperti Cinta (Dian Sastro.red) dan Rangga (Nicholas Saputra.red) yang awalnya bersaing di film tersebut. 

Mengapa hal itu bisa terjadi? Mudah saja. Semakin kita membenci seseorang, maka akan semakin sering orang tersebut "hinggap" di pikiran kita. "Hinggap" di sini tidak berarti kita memikirkan "musuh" kita itu dengan rasa cinta (tentu dengan segenap rasa benci.red). Hanya saja, gw berkeyakinan tiap hubungan itu ada "jam semesta" yang dengan setia berdetik, menunggu....Menunggu apa? Dalam hubungan tipe pertama ini, tentu saja menunggu untuk meledak, atau bisa juga berarti menunggu satu pihak menemukan sisi baik dari pihak yang lain. Jika yang terjadi adalah "ledakan" kemarahan, bisa saja masalah itu selesai dan kembali ke baseline yang dapat menjadi dasar untuk berhubungan, atau malah bertambah buruk. Sementara jika yang terjadi adalah opsi kedua (satu pihak menemukan sisi baik pihak lain.red), seperti yang ada dalam film AADC di atas, tentunya akan berujung pada rasa cinta (yang bahkan bisa membuat seorang wanita seperti Dian Sastro rela berlarian di bandara untuk mengejar seorang Nicholas Saputra.red).


Teori kedua adalah, "Teori Intensitas Positif Kuadrat". Teori ini pada dasarnya merupakan penerjemahan dari peribahasa Jawa "witing tresno jalaran soko kulino", yang berarti kurang lebih rasa cinta akan tumbuh karena sering bertemu. Teori ini berlaku pada keadaan di mana terdapat dua pihak yang sejak awal berteman baik, sehingga meningkatkan intensitas mereka untuk bertemu dan saling mengenal. Selain itu, teori ini juga berlaku untuk dua orang yang bertemu di tempat kerja, antara klien dengan penyedia jasa, dokter dengan pasien (gw berarti.red), teman satu sekolah, dan keadaan lain yang menyerupai itu. 

Seperti halnya hubungan kutub negatif, hubungan kutub positif juga memiliki "jam semesta". "Jam semesta" ini akan berdetik, menunggu satu pihak untuk menyadari bahwa betapa dirinya sangat membutuhkan pihak lain (orang yang disukainya.red). Pada awalnya mungkin tidak ada perasaan apa-apa, hanya teman biasa saja. Namun lama kelamaan, mulai timbul perasaan itu. Perasaan seperti "Saya nyaman bercerita dengan dia", "Entah mengapa, jika dia tidak ada, saya merindukannya", "Dia bisa memberikan energi positif pada saya", dan hal-hal lain seperti itu. Dari situ, cinta akan tumbuh...


Teori ketiga adalah "Teori Medan Magnet". Seperti halnya medan magnet, yang dapat menarik logam di sekitarnya, teori ini bercerita mengenai seseorang yang memiliki daya tarik sangat besar yang dapat mempengaruhi orang-orang di sekitarnya untuk menyukai dirinya, misalnya pada seorang pemimpin, vokalis band, pemenang ajang pencarian bakat, Brad Pitt, Angelina Jolie, dan hal-hal lain semacam itu. Hal ini yang membuat proses pendekatan berjalan tidak mudah. Mengapa? Karena tidak hanya satu logam yang mendekati magnet, melainkan banyak logam yang berusaha mendekati magnet tersebut. Hanya logam dengan kekuatan magnetisme terbaik yang akan bisa mendekati magnet dengan cepat dan menempel dengan baik, sementara logam yang lain mendekatinya kemudian. Teori ini adalah teori yang terjadi antara gw dan Ima (salah satu wanita terbaik se-Jawa dan Bali.red).


----------------------oooooooooooooooooooooooooooo-----------------------

Banyak orang yang berkata, Ima sekarang berubah. Gw sendiri tidak melihat adanya perubahan berarti pada diri Ima. Seperti lagunya Keane yang "Everybody's Changing", yang kurang lebih liriknya sebagai berikut...

So little time
Try to understand that I'm
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody's changing
And I don't feel the same

You're gone from here

Soon you will disappear
Fading into beautiful light
'Cause everybody's changing
And I don't feel right

Gw tidak menyadari bahwa sebenarnya ada perubahan dalam dirinya, karena gw memang tidak memikirkan itu. Gw memang pada waktu itu menerima dia seperti adanya. Meskipun gw sendiri tidak pernah mengetahui, seperti apa dia menganggap gw....Gw tidak menyadari, bahwa jarak itu sedemikian berpengaruh...Gw tidak menyadari bahwa intensitas itu perlu......
Eniwei, kembali ke periode waktu saat terakhir kali, waktu gw pulang nonton dengan perasaan berbunga-bunga, gw tidak menyadari satu hal. Hari itu adalah hari terakhir gw bertemu Ima.

Sekitar 3-4 bulan setelah itu, Ima meng-sms gw

Ima--> Fantasista, besok bisa nganter Ima ga? Besok insyaallah Ima mau ke Jakarta, mau ada seminar bisnis. Nanti Fantasista ikut aja, biaya tiketnya murah kok. 75 ribu. Bisa ga?....(19.45: Message accepted)

Fantasista--> Aduh, maap banget kayanya ga bisa. Besok ada tanding bola soalnya. Ima datengnya sendirian?....(19.55: Message send) --> Seandainya gw adalah Ima, mendapatkan sms seperti ini akan membuat gw kesal. Mengapa? Karena ada seorang pria tidak tahu diri yang lebih mendahulukan pertandingan sepakbola daripada gw.....

Ima--> Oh gapapa....Ima bareng temen-temen kok...Yaudah, sukses ya tanding bolanya....(20.05: Message accepted)

Besoknya, gw kalah. Meskipun demikian, hal yang membuat gw tidak enak hari itu sebenarnya bukan itu. Gw masih teringat percakapan gw dengan Ima semalam. Gw bertanya-tanya, apakah dia tidak apa-apa? Gw mendapat firasat buruk. Ternyata percakapan di atas, adalah percakapan terakhir gw dengan Ima....
Sejak saat itu, gw tidak pernah bisa lagi menghubungi Ima. Ima tidak lagi membalas sms dari gw. Ima tidak lagi mengangkat telepon dari gw. Keadaan ini membuat firasat gw semakin bertambah buruk. 

---------------------oooooooooooooooooooo----------------------

Di akhir bulan Desember tahun 2007, waktu itu gw sedang berkunjung ke rumah teman SMA gw (sebut saja Roy.red). 

Roy: "Wah, lo udah jadian ga bilang-bilang ya! Selamet deh!!!"

Gw: "He? Maksud lo apa nih?"
Roy: "Lah, bukannya lo udah jadian sama Ima?"

Gw: "He? Kabar dari mana tuh?"
Roy: "Lah, yang gw denger katanya Ima udah jadian dari minggu kemaren. Dan karena gw taunya lo ngedeketin dia, ya gw pikir dia jadian sama lo. Emang bukan ya?"

Gw: (merasa seperti dipukul Mike Tyson, kemudian jatuh ke lantai tak berdasar.red) "Nggak. Bukan gw..."
Ima jadian......

Suatu hal yang tidak pernah gw bayangkan sebelumnya. Gw yang merasa sudah berada dalam zona nyaman , tidak menyangka hal ini akan terjadi. Gw menyangka sudah selangkah lebih dekat, ternyata tidak pada kenyataanya. Medan magnet itu melemah.....Sejak saat itu, gw tidak pernah lagi bisa menghubungi Ima, via sms maupun telepon. Gw juga tidak pernah lagi bertemu Ima. Kabarnya setelah itu, dia sempat putus kemudian sekarang sudah menjalin hubungan dengan yang baru. Sementara gw?  I'm still here, doing nothing.....

--------------------ooooooooooooooooooo-------------------

Di masa-masa terakhir gw waktu SMA, gw sempet meminta Ima menuliskan testimoni untuk gw di buku tahunan gw (gw juga menulis di buku tahunan dia.red), yang isinya kurang lebih sebagai berikut....

Fantasistaa, Ima nich...
Duh, Fantasista temanku yang pintar, seneng deh bisa kenal sama Fantasista....
Oia belajar intensif kita gimana?! Maapin ya Im suka ngerepotin...
tau gitu Im dari dulu belajar sama Fantasista biar bisa rangking 1 juga :p...
Pokonya, sukses yah di UI...Semoga jadi pa dokter yang baik dan ga bikin malpraktek :p...
Fantasista temanku doain Im biar sukses juga ya....
Im pengen nanti pas kita ketemu kita bisa tersenyum dengan kesuksesan qta...Amin
oia, moga2 juga nanti   kalo udah gede dan dah mau nikah...jangan lupa undang Im yah...
Pokonya mah keep in touch yah....
im seneng deh bisa kenal sama seorang Fantasista....
Didoain deh biar langsing..hehe...:p --> Ternyata dia ga buta.red
Don't forget me!!!

-Ima temanmu yang baik-
Waktu itu gw berpikir, bagaimana mungkin gw mengundang dia di acara pernikahan gw nanti, karena dia kan sudah pasti berada di samping gw??? Memang, manusia hanya bisa  berharap, dan hanya Allah yang berkehendak. Setidaknya gw sempat mengalami fase itu, fase paling menyenangkan dalam hidup gw, ketika Ima (yang semua orang akan berkata ,"Woooowww, she's a perfect 10!!" ketika melihatnya.red) pernah melintas dalam hidup gw (yang semua orang akan berkata ,"Yaelah, apaan nih orang?" ketika melihat gw.red).

Biarpun mungkin gw hanya titik hujan di tengah harinya Ima, yang segera jatuh meresap ke tanah dan hilang dari pandangan, tetapi dia adalah pelangi terindah yang pernah gw liat, yang tidak akan pernah bisa gw lupakan. Gw sadar, pelangi itu bukan milik gw, tetapi gw tetap mendoakan semoga pelangi itu tetap berada di langit yang biru sehabis hujan turun....

Monday 13 December 2010

Hikayat 9 Naga.....

Mungkin sebagian besar dari kita pernah mendengar istilah "Love is Blind" atau jika diterjemahkan secara harfiah berarti "Cinta itu Buta". Jika ditelaah lebih dalam, istilah ini bisa berarti banyak. Umumnya, istilah ini sering diartikan sebagai berikut, yakni jika terjadi kisah cinta antara sang pria Arjuna dengan sang wanita Mak Lampir, atau antara Pangeran Katak dengan Putri Salju. Menurut gw, istilah itu memiliki nilai yang lebih dari itu. Istilah itu dapat menunjukkan makna, bahwa cinta itu dapat membuat seseorang buta. Buta di sini dapat berarti bahwa seseorang yang sedang jatuh cinta, terkadang tidak bisa melihat keburukan dari seseorang yang dicintainya. Buta di sini juga dapat berarti tidak dapat melihat orang lain yang dapat melengkapi dirinya lebih baik dari seseorang yang dicintainya tersebut....

Begitu pun hal yang terjadi pada gw. Gw sadar, Ima bukan manusia sempurna, tapi gw bisa menerima kekurangan yang menjadikan dirinya tidak sempurna, dan berusaha melengkapi ketidak sempurnaannya. Gw sadar, Ima itu kadang sering datang telat. Gw juga sadar, Ima itu memiliki ketertarikan di banyak hal, sehingga membuatnya terkadang susah membagi waktu. Gw juga sangat sadar, Ima itu terkadang melupakan hal-hal kecil.

Pernah suatu ketika, waktu sedang sibuk-sibuknya persiapan SPMB, waktu itu kita (mayoritas anak kelas 3.red) merencanakan untuk ikut tryout akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Gw, karena ketiadaan fasilitas (gak punya mobil.red), maka terpaksa ikut dengan yang memiliki fasilitas. Kebetulan, gw rencananya akan berangkat bersama 4 orang temen gw, termasuk Sigit di dalamnya. Tanpa disangka, ternyata Ima juga ikut dalam rombongan kita....

Sesampainya di SUGBK, kita pun langsung menempati tempat yang telah disediakan. Kebetulan (lagi.red) gw duduk di sebelah Ima. Hal yang membuat konsentrasi gw terpecah 3, antara mengerjakan soal tryout akbar, memandang Ima, dengan risiko terkena curahan banjir akibat hujan deras yang melanda SUGBK (waktu itu tahuin 2005, jadi SUGBK belum direnovasi.red). Hasilnya bisa ditebak, tryout gw gagal total, tapi setidaknya tryout akbar itu telah memberi gw 2 hari yang indah dalam hidup gw....

2 minggu sebelum SPMB, keluarlah pengumuman PMDK (sebuah keadaan yang menyebabkan seseorang bisa masuk perguruan tinggi negeri tertentu tanpa tes. Biasanya dilihat dari prestasi orang tersebut, baik akademik maupun non-akademik.red) yang menyatakan bahwa gw diterima masuk FKUI. Keadaan ini membuat gw tidak lagi mesti mengikuti SPMB, yang membuat gw langsung memberitahu Ima (setelah sebelumnya memberitahu orang tua gw.red). Saat itu, terlontar tawaran dari gw untuk mengajari Ima sampai SPMB nanti. Sebuah tawaran spontan dari gw, yang di-iyakan oleh Ima dengan antusias. Another giant step for me....

Kita janji ketemu seminggu kemudian....Seminggu yang terasa sangat lama untuk gw....

Seminggu kemudian, kita janji ketemu di depan sekolah. Apakah untuk kemudian belajarnya di rumah Ima? Sayang tidak saudara-saudara.....Kita belajarnya di depan sekolah. Keadaan yang membuat kita cukup menjadi pusat perhatian (sebenarnya tidak juga, karena kita belajarnya biasanya sekitar jam 10 waktu anak sekolah tinggal sedikit, karena yang lain sudah pulang.red). Hal ini berlangsung hari demi hari sampai 1 hari menjelang SPMB.....

1 hari menjelang SPMB, gw sudah siap menunggu sejak jam 10 pagi di sekolah, seperti janji kita sejak sehari sebelumnya. Seperti biasa, Ima belum datang. Umumnya, Ima datang sekitar 30 menit dari waktu yang ditentukan. Tapi sampai waktu menunjukkan pukul 12.00 siang, Ima tidak kunjung datang. Waktu gw telepon, Ima bilang dirinya sedang mendaftar ulang SPMB, jadi mohon maaf jika datang terlambat. Jadi gw pun tetap menunggu sampai jam 4 sore....

Jam 4 sore, Ima datang bersama teman-teman gw yang lain. Saat itu gw tahu, bahwa pada hari itu, setelah selesai mengurus SPMB, Ima pergi ke Kebun Raya Bogor bersama teman-teman gw yang lain, utuk melepas kepenatan. Seketika mood gw berubah....Gw tetap mengajarkan Ima, dan Ima pun seperti merasa bersalah telah membiarkan gw menunggu dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore. Gw tidak berkata banyak hari itu, hanya seperlunya, yang membuat proses belajar yang biasanya 2 jam menjadi 30 menit saja.....

Malam harinya, Ima sms gw....

Ima --> Fantasista, Ima minta maaf ya soal hari ini. Tadi jadi nunggu lama. Soalnya ga enak sama Peni (nama samaran.red), tadi langsung diajak setelah selesai ngurus SPMB .....(19.20: Message accepted)

SMS yang tidak gw sangka sebelumnya, sedikit meredakan panas di hati gw....
Gw --> Oh gapapa kok, tenang aja..... (19.25: Message sent)

Ima --> Oh, yaudah kalo gitu. Doain Ima ya buat besok. Biar lancar ngerjainnya..... (19.30: Message accepted)

Gw --> Iya, tenang aja, didoain kok. Semoga besok dimudahkan dan Ima bisa mendapat apa yang terbaik.... (19.35: Message sent)

Hari itu, gw tidur dengan tenang......


------------------------ooooooooooooooooooooo----------------------- 

Jalan untuk Ima ternyata bukan ke Planologi (Teknik Lingkungan) ITB seperti yang dicita-citakannya. Ima tidak berhasil di SPMB....Waktu gw tanya , Ima bilang dirinya berencana mengambil kesempatan mendaftar ke FIKOM UNPAD yang akhirnya diterima.

Setelah itu, percakapan kita semakin mengalir, apalagi setelah gw tahu bahwa Ima sudah mengetahui perasaan gw selama ini terhadap dirinya. Hari itu, gw langsung telepon Ima....

Gw: "Im, kumaha damang?"

Ima: "Alhamdulillah. Fantasista gimana?" 
Gw: "Alhamdulillah...Eh, Fantasista mau nanya nih. Agak serius ya..." 

Ima: "Oh, ada apa ya?"

Gw: "Hm, Ima udah tau, kalau selama ini Fantasista suka sama Ima?"

Ima: (terdiam sejenak)"Iya, Ima udah tau..."

Gw: "Hm, hal ini tidak akan mengubah apa yang sudah terjadi selama ini kan? Misalnya, Ima ga marah kan?"

Ima: "Ya nggak atuh. Kenapa juga harus marah coba?"

Gw: (serasa terbang ke langit ketujuh)"Bener? Kita bisa terus kaya gini kan?"

Ima: "Iya..."

Gw: "Wah, ja...." (tuuuuuuttt......ttuuuuuuuttttt.....ttuuuuuuttttt)

Gw heran. Wah, kenapa ini? Waktu gw coba telepon lagi, yang terdengar hanya suara ini ,"Sisa pulsa pada kartu Simpati anda tidak mecukupi. Silakan isi...." (beep...langsung gw matikan.red)

Berhubung pulsa gw masih 800 perak, jadi masih mencukupi untuk SMS, gw langsung SMS Ima....

Gw --> Im, maaf ya, pulsanya abis nih. Padahal masih pengen ngobrol banyak....Masih pengen ngejelasin banyak hal sebenernya.... (21.45: Message sent)

Ima --> Iya, gapapa. Kan insyaallah masih banyak waktu. Kapan-kapan kita sambung lagi ya. Eh, Im udah ngantuk nih. Mau tidur dulu ya.... (21.55: Message  accepted)

Gw --> Oke, kapan-kapan kita lanjut lagi. Sukses ya tidurnya...(22.00: Message sent)
Gw melewatkan malam dengan tertidur pulas sambil berharap gw memimpikan hal terindah dalam hidup gw saat itu.

Dia.....

-------------------------oooooooooooooooooooooo-----------------------

Satu hal yang membuat gw senang bukan kepalang, adalah dirinya tidak berubah setelah hari itu. hari di mana gw menyatakan perasaan gw padanya. Bahkan, hal yang gw takutkan tidak terjadi. Hubungan antara gw dan Ima gw rasakan justru semakin baik. Perbincangan di SMS lebih mengalir, demikian juga dengan perbincangan di telepon. Tidak ada sama sekali tanda-tanda Ima menjauh atau menjaga jarak dari gw.

Gw sempat mendengar satu hal yang membuat gw serasa berada di Taman Langit, yakni waktu teman gw yang kebetulan sama-sama masuk FIKOM UNPAD bersama dirinya bilang, bahwa Ima tidak henti-hentinya bercerita tentang gw. Ima sering sekali bilang," Kalo kata Fantasista,....." Apakah ini berarti gw sudah sedikit meng-"infeksi" hatinya? 

Eniwei, gw menikmati hubungan kita yang tanpa kejelasan ini. Gw betul-betul berada di zona nyaman saat itu....Meskipun gw tahu bahwa Ima akan pindah ke Bandung (mungkin untuk selamanya, karena ayahnya dipindah tugaskan ke Bandung.red), gw tidak terlalu menghiraukan itu....Oleh karena itu, waktu Ima bilang sedang berada di Bogor, gw pun berinisiatif untuk mengajaknya nonton....

Gw --> Im, kumaha damang? Udah nyampe Bogor?.... (12.15: Message sent)

Ima --> Alhamdulillah. Iya udah, sekarang lagi di SMANSA BOGOR nih. Lagi presentasi kampus. Emang Fantasista lagi di mana?.....(12.23: Message accepted)
Gw --> Oh, lagi di SMANSA. Ini sekarang lagi nonton JOMBLO (sebuah film yang melambungkan nama Hanung Bramantyo dan Ringgo Agus Rahman, yang diadaptasi dari novel karya Adhitya Mulya.red) di Galaxy Theater. Ima udah nonton JOMBLO blom?....(12.30: Message sent)

Ima --> Oh, lagi nonton JOMBLO? Itu kan syutingnya di kampus Ima di Jatinangor. hehehe... Iya nih, belom nonton JOMBLO. Pengen nonton padahal. Udah lama ga nonton di bioskop.....(12.35: Message accepted)
Gw --> Oh gitu? Eh, nonton yuk! Mau ga?....(12.45: Message sent)

Ima --> Mau!! Kapan?....(12.55: Message accepted)
Gw seketika merasa lantai di bawah gw menghilang, yang meninggalkan gw melayang-layang ringan, mengikuti arus.....
Gw -->Hm, hari Kamis mau? Ima masih di Bogor kan?....(13.05: Message sent)

Ima --> Boleh, tapi abis presentasi ya....Mau nonton apa?....(13.10: Message accepted)

Gw --> JOMBLO gw udah nonton. Mau nonton 9 Naga aja nggak? Filmnya Rudi Soedjarwo tuh. Ada Lukman Sardi sama Fauzi Baadila juga....(13.15: Message sent)

Ima -->Wah, kayanya bagus tuh. Boleh deh. Jam 3 di Galaxy gimana?....(13.22: Message accepted)

Gw --> Boleh, sampai ketemu Kamis ya...(13.30: Message  sent)

Ima --> Oke, selamat nonton...(13.35: Message accepted)

Sebuah percakapan yang membuat gw mengakhiri hari dan menjalani 2 hari selanjutnya dengan waktu yang seolah berjalan sangat lambat....
--------------------ooooooooooooooooooo--------------------

2 hari kemudian, kita janji untuk bertemu di Gramedia Pajajaran jam 2 siang. Gw (dengan dihantui perasaan takut terlambat.red) tiba duluan. Di sana kebetulan gw bertemu teman satu SMA gw yang bernama Nawi (nama samaran.red).

Gw: "Naw, ngapain lo?"

Nawi: "Gw lagi iseng aja baca-baca. Lo ngapain?"

Gw: "Gw mau nonton sama Ima."
Nawi: "Widihh, mantapp!!! Sukses deh."

Tidak berapa lama kemudian, Ima datang. Ima datang bersama seorang teman wanita satu kampusnya, Lisa (nama samaran.red), yang menurut pengakuan Ima terus memaksanya untuk ikut nonton karena ingin melihat Fauzi Baadilla (yah, mungkin belum saatnya gw nonton berdua saja dengan Ima.red).
Sebelum nonton, kita berniat makan dulu di dekat Gramedia Pajajaran itu. Pilihan jatuh pada kedai Batagor di seberang jalan. Gw, yang berniat untuk mentraktir Ima, seketika sadar bahwa uang gw tidak cukup. 

Gw: "Im, bentar ya, ada yang ketinggalan di Gramedia nih"

Ima: "Oh, yaudah, cepetan aja atuh diambil"
Sesampainya di Gramedia Pajajaran, gw langsung mencari Nawi.

Gw: "Naw, minjem duit dong. Mau traktir Ima nih. Lupa bawa duit nih gw."

Nawi: "Ah elah. Lo mau nge-date nggak ada persiapan amat??!! Nih gw kasih!!!!" (Sambil memberikan 20 ribu)
Gw: "Sip, thanks ya. You save me!!!"

Nawi: "udah, buruan sono! Kabur baru tau rasa lo!!!"
Sesampainya di kedai Batagor itu, gw melanjutkan santapan siang itu, membayar untuk Gw, Ima, dan Lisa, kemudian langsung meluncur ke Galaxy Theater. Setelah membeli tiket, sambil menunggu, gw memberikan Ima kaset Neri Per Caso kesukaan gw.

Gw: "Im, coba dengerin ini deh. Ini limited edition Neri Per Caso, grup acapela asal Itali. Kemaren sempet nyanyi bareng Bunglon. Lagunya oke. Harmonis banget." (sambil menyerahkan kaset Neri Per Caso Limited Edition)

Ima: "Oke, ntar di rumah di-dengerin deh"

Tidak berapa lama, announcer menyatakan bahwa kami sudah bisa memasuki studio untuk menonton film. Di dalam bioskop tersebut, sepanjang film, gw tidak berhenti memandang Ima (oke itu lebay. Tapi yang jelas cukup sering.red). Hal yang membuat gw tidak menonton filmnya secara utuh. Bahkan gw sendiri lupa, darimana judul 9 Naga itu didapatkan....

Yang jelas, hari itu berakhir dengan gw mengantar dia pulang sampai Terminal Baranangsiang, ketika kita sama-sama pindah angkot, dan dia bilang gw tidak perlu mengantar sampai rumah karena Ima akan pulang bersama Lisa. 

Singkat cerita, hari itu berakhir dengan gw yang melihat dia bilang,"Terima kasih ya buat hari nontonnya." Sambil tersenyum....Senyuman yang mengingatkan gw dengan satu-satunya dialog yang gw ingat dari film 9 Naga yang baru saja gw tonton....
"Rosmina, namamu harum seperti mawar...."

----------------------0000000000000000000000000000------------------------------

Sunday 12 December 2010

The Casanova Effect....

Tidak semua laki-laki terlahir dengan bakat womanizer alami seperti Casanova (ini biografinya --> http://en.wikipedia.org/wiki/Giacomo_Casanova) atau James Bond (ini biografinya --> http://en.wikipedia.org/wiki/James_Bond)..... Hal ini yang membuat rentang waktu antara proses mendapatkan nomor hape Ima dengan proses meng-sms untuk pertama kali memakan waktu sampai 2 minggu. Percakapan lewat sms untuk pertama kali terjadi saat 26 Desember 2004, pukul 19.15 WIB, di hari ketika Tsunami Aceh terjadi.

Percakapan itu berlangsung kurang lebih sebagai berikut....

Gw--> "Im, liat Metro TV ga? Ada tsunami di Aceh.."  (19.15--> Message sent)
Setelah itu hal yang gw lakukan adalah mematikan hape, kemudian gw simpan di lemari (sebuah hal yang aneh karena dengan mematikan hape, ya kita tidak akan tahu sms kita sudah dibalas atau belum.red). Sayangnya keadaan ini tidak berlangsung lama. 15 menit kemudian gw menyalakan hape, dan ternyata IMA MEMBALAS!!!!!

 Ima--> "Iya ini juga lagi nonton. Serem banget. Kasian juga ya..." (19.25--> Message accepted)
Gw --> "Iya kasian banget, Ima ga ada sodara di Aceh kan?" (19.30--> Message sent)
Ima--> "Alhamdulillah nggak ada. Fantasista emangnya ada?" (19.36--> Message accepted)
Gw--> "Ada juga sodara di Pematangsiantar. Alhamdulillah tsunami-nya ga sampai kesana. Cuma gempanya memang lumayan kerasa katanya." (19.40--> Message sent)
Ima--> "Älhamdulillah atuh kalo ga kenapa-kenapa. Kita doain aja ya, semoga gempanya ga merembet kesana." (19.45-->Message accepted)
Gw--> "Iya, kita sama-sama doain ya..." (20.00--> Message sent)
Dan begitulah, percakapan pertama via sms, yang lagi-lagi sukses membuat gw insomnia.....
-------------------------ooooooooooooo----------------------------

Percakapan pertama via sms itu berlanjut dengan serangkaian percakapan via sms di kemudian hari. Percakapan yang berlangsung seminggu dua kali, tiap hari Rabu dan Sabtu, selalu jam 19.00. Percakapan yang selalu dimulai dengan sms gw,"Im, kumaha damang?".....

Yah, meskipun gw tahu, bahwa mungkin bukan cuma gw yang meng-sms dia, tapi setidaknya gw tahu, gw sudah berhasil membuatnya notice dengan keberadaan gw.

Sejak itu, gw selalu berusaha mencari cara agar "kebetulan" bisa bertemu Ima. Misalnya dengan duduk di depan kelas gw setiap istirahat, karena gw tahu Ima selalu pergi ke kantin tiap istirahat (kadang  memang tidak, tapi setidaknya di depan kelas gw udaranya sejuk.red), atau sengaja ke perpustakaan sepulang sekolah tiap hari Selasa dan Kamis, karena dia sering menghabiskan waktu di sana untuk menunggu waktu les, jadi gw bisa berangkat bareng ke tempat les (and it worked!!!!.red), atau kebetulan pulang bareng setelah les (sebuah alasan yang sangat dibuat-buat, karena jelas-jelas rumah gw di ujung utara Bogor dan Ima rumahnya di ujung timur Bogor.red). Masalahnya keadaan-keadaan ini kadang membuat gw susah sendiri. Misalnya pada suatu ketika, waktu selesai les, waktu itu gw sengaja mau mengantar Ima pulang.

Gw: "Eh, mau pulang Im?"

Ima: "Oh, iya nih. Fantasista ga pulang?"

Gw: "Oh mau ke rumah Sigit (nama samaran.red), mau minjem buku (sebuah alasan yang gw buat, karena gw tau rumahnya Sigit dan Ima berdekatan.red)

Ima: "Oh gitu, rumah Ima sama Sigit kan deket."

Gw: "Wah, bareng aja yuk kalo gitu."

Ima: "Oh boleh, yuk."

Kita akhirnya naik angkot bareng.....Sayangnya cerita belum berhenti sampai di sana.....

Sesampainya di depan kompleks rumahnya....

Ima: "Eh, rumahnya Sigit di gang yang itu, rumahnya Ima di gang ini. Ima duluan ya..."

Gw: "Oh iya, makasih ya..."

Ima: (sambil melambaikan tangan) "Daah..."

Gw: (sambil melambaikan tangan) "Daah... "

Ima pun pergi menuju rumahnya, meninggalkan gw yang masih menatapnya tanpa berkedip....

Tiba-tiba gw tersadar dari lamunan gw, dan gw baru ingat satu hal yang telah menjadi kebiasaan buruk gw sejak lama, yakni gw selalu membawa uang yang hanya cukup untuk ongkos pulang-pergi, sementara sisanya gw simpan di rumah. Jadi, waktu gw memeriksa kantong, gw tidak menemukan apa-apa di sana. Sementara itu, gw juga memiliki kebiasaan buruk lainnya, yakni tidak pernah membawa uang di dompet. Jadi, waktu gw memeriksa dompet, gw hanya menemukan KTP, voucher isi pulsa, dan sejumlah kwitansi (yang pasti tidak ada yang akan laku dijual.red). Gw panik. Bingung memikirkan sejumlah opsi untuk pulang ke rumah.

Opsi pertama adalah ke rumah Ima, bilang gw kehabisan uang, minjem uang, dan pulang dengan selamat.

Opsi kedua adalah ke rumah Sigit, bilang gw kehabisan uang, minjem uang, dan pulang dengan selamat.

Opsi ketiga adalah menghubungi orang rumah gw (orang tua.red), bilang gw kehabisan uang, minta dijemput, dan pulang dengan selamat.

Opsi keempat adalah ke kantor polisi, bilang gw dicopet, minta ongkos, dan pulang dengan selamat.

Waktu gw pikir-pikir lagi, opsi pertama sepertinya tidak mungkin. Biasalah, gengsi. Opsi kedua juga sepertinya tidak mungkin. Kenapa? Karena gw ingat bahwa hari itu Sigit masih di sekolah, ada acara OSIS kalau tidak salah. Opsi ketiga juga tidak mungkin. Kenapa? Karena gw pasti kena marah.

Akhirnya pilihan gw jatuh pada opsi keempat.....

Gw pun akhirnya ke kantor polisi.....

Gw: "Pak, saya barusan dicopet."

Pak Polisi Baik Hati: "Oh begitu? Dicopet di mana?"


Gw: "Di angkot, Pak."

Pak Polisi Baik Hati: "Oh begitu, rumah kamu dimana?"

Gw: "Jauh, Pak. Di Gunung Putri."

Pak Polisi Baik Hati: "Terus sekarang kamu masih punya uang berapa?"

Gw: "Nggak ada, Pak....." (dengan muka memelas)

Pak Polisi Baik Hati: "Hm, gini aja. Sekarang kamu untuk pulang butuh ongkos berapa? Biar saya bantu."  

Gw: "Sepuluh ribu, Pak."

Pak Polisi Baik Hati: "Nih," (menyerahkan uang sepuluh ribu) "Lain kali hati-hati ya. Jangan meleng kalo di angkot."


Gw: (dengan mata berbinar) "Terima kasih, Pak!!! Saya pulang dulu..."


Pak Polisi Baik Hati: "Oke, hati-hati di jalan ya..."

Dan begitulah gw akhirnya bisa pulang dengan selamat....Untuk Pak Polisi Baik Hati, terima kasih banyak ya...Tanpa bantuan Bapak, saya tidak mungkin seperti sekarang. Mungkin saya sekarang sedang ber-"dinas" di Jembatan Penyeberangan Terminal Baranangsiang....


Sejak saat itu, gw selalu membawa uang di dompet.....

----------------oooooooooooooooooo-----------------


This is How I Met Your Mother....Part 4

Akhirnya, setelah hampir 3 bulan vakum, gw bisa melanjutkan cerita-cerita gw. Yah, bukan hanya penulis-penulis besar macam Sir Arthur Conan Doyle atau J.R.R Tolkien saja yang perlu mengumpulkan mood untuk menulis, penulis karbitan seperti gw pun juga begitu (mengumpulkan mood.red).


Sayangnya pada kenyataannya tidak seperti itu, waktu nyaris 3 bulan lebih banyak dihabiskan untuk mencari kata-kata yang tepat untuk melanjutkan cerita gw sebelumnya....


 Oke, masih pada cerita antara gw dan Ima, sekarang kita berdua ceritanya sudah sampai di penghujung semester 2 kelas 2 SMA, sebuah ujung tanpa perkembangan berarti. Sebuah ujung yang menjadi awal harapan gw, sebuah harapan yang selalu ada tiap tahunnya, yakni harapan untuk satu kelas dengan Ima....

Berhubung efektivitas pemakaian otak gw lumayan waktu SMA (yang efektivitas itu makin menurun seiring banyaknya "polutan" di otak gw.red), maka gw berpeluang untuk ditempatkan di kelas 3 IPA 1 atau 3 IPA 7. Seketika harapan gw hancur waktu nama-nama yang disebutkan di IPA 1 sudah melewati barisan A yang tidak ada nama gw, dan barisan I yang terdapat nama dia......Waktu nama gw disebut di IPA 4, gw seketika bertanya-tanya, bukannya waktu itu gw dikatakan akan menmpati kelas IPA 1 atau IPA 7? Iseng-iseng gw mencoba menanyakan ini kepada bapak guru yang membacakan urutan nama-nama tersebut.....

Gw: "Maaf Pak, saya di IPA 4 ya?"

Pak Guru: "Oh iya, tadinya kamu mestinya di IPA 1, tapi katanya kamu mau diajar kimia oleh Bu Guru E? Ya jadi saya pindahkan ke IPA 4...."

Gw: (Merasa seolah tertimpa batu 3 ton atas kesalahan gw sendiri) "Oh gitu pak? Gak bisa diubah lagi? Saya sebenernya gak apa-apa kalo diajar sama guru lain kok."

Pak Guru: "Wah, saya sudah terlanjur menyampaikan database semua murid kepada Pak Guru Y. Coba deh kamu tanyakan ke Pak Guru Y, masih bisa diubah apa nggak. Oh tapi dia lagi dinas luar, mungkin baru datang lagi jam 4 sore nanti."

Gw: "Oh gapapa pak, ntar biar saya tunggu."

....Sementara itu, pikiran gw melayang ke 2 hari yang lalu, waktu gw secara tidak sengaja bertemu Bu Guru E. Bu Guru E ini adalah guru kimia kesukaan gw, karena beliau bisa mengajar dengan jelas sampai gw bisa mengerti......

Berikut kejadian 2 hari sebelum pengumuman pembagian kelas itu.....

Gw: "Eh, Bu Guru E. Nanti ngajar kelas 3 nggak, Bu?"

Bu Guru E: "Oh iya ngajar, insyaallah Ibu ngajar IPA 3 dan IPA 4."

Gw: "Wah, kalo bisa sih saya sebenernya pengen diajar lagi sama ibu."

Bu Guru E: "Iya, kita liat aja nanti ya"

...Gw sama sekali tidak menyangka, perbincangan itu ditanggapi sedemikian serius oleh Bu Guru E.....

Eniwei, kembali ke masa pengumuman itu, gw pun menunggu Pak Guru Y datang sambil melakukan semua kegiatan yang gw bisa lakukan dan mencoba menarik rasa kasihan temen-temen gw agar mereka mau menemani gw sampai jam 4 sore (sayangnya tidak berhasil.red). Gw akhirnya menunggu sendirian di depan ruang guru sampai jam 4 sore, ketika Pak Guru Y akhirnya datang. Gw pun langsung mendatangi beliau untuk mencoba merubah nasib gw.....

Gw: "Pak Guru Y, maaf mengganggu Pak. Saya mau tanya, memangnya sebelumnya saya sitempatkan di IPA 1 ya?"

Pak Guru Y: "Oh iya, tapi katanya kamu mau diajar Bu Guru E, jadi saya pindahkan."

Gw: "Oh begitu. Tapi sebenarnya saya tidak apa-apa kok di IPA 1, saya jadi tidak enak dengan guru IPA 1 . Takut jadi terkesan tidak sopan begitu."

Pak Guru Y: "Wah, tapi bagaimana ya? Draft susunannya sudah di-acc oleh Pak Kepala Sekolah."

Gw: "Oh gapapa Pak. Saya siap menunggu kok." 

Pak Guru Y: "Tapi Pak Kepala Sekolah hari ini baru saja berangkat ke Thailand 1 bulan. Jadi sepertinya agak sulit untuk direalisasikan."

Gw yang sadar diri akan keterbatasan dana yang gw miliki, cuma bisa pasrah. Yah, mungkin bukan sekarang, begitu pikir gw.....

Setelah itu gw tidak masuk sekolah selama 2 bulan (bukan karena patah hati, tapi karena harus mengikuti serangkaian persiapan Olimpiade Kimia Nasional.red). Setelah 2 bulan itu, gw mulai masuk sekolah dan masuk les untuk persiapan SPMB. Gw sudah mendengar bahwa Ima tidak satu tempat les dengan gw (Ima les di BTA, gw di NF.red). Waktu gw mulai les, gw melihat sebuah pemandangan yang tidak gw sangka sebelumnya. Ima satu tempat les bareng gw!!!!! Ternyata, Ima les di NF tiap hari Selasa dan Kamis, sedangkan di BTA hari Senin, Rabu, dan Jumat....

Semesta seakan mendukung gw, saat hari pertama les yang berlangsung dari jam 2 sampai jam 6 sore itu seakan diperpanjang karena hujan deras yang mendera Kota Bogor. Berhubung teman-teman yang lain membawa payung, sementara gw (sebenernya bawa, tapi malas dipakai karena gengsi.red) dan Ima tidak bawa, maka tinggallah kami berdua di NF.

Waktu itu, Ima sedang membaca komik "Monster" karangan Urasawa Naoki di ruang tunggu depan, ketika gw selesai solat Maghrib dan mendekatinya.....

Gw: "Wah, suka baca Monster juga ya?"

Ima: "Iya nih, seru. Ga ketebak alurnya..."

Gw: "Oh, gw udah baca sampe selesai kok. Ending-nya ga ketebak juga."

Ima: "Aduh, jangan kasih tau akhirnya atuh....nanti jadi ga seru lagi nih."

Gw cuma bisa nyengir ga jelas.....

Gw: "Eh, Ima pas tryout pertama kemaren ambil jurusan apa?"

Ima: "Ima sih sebenernya pengennya ke FK, tapi ga boleh sama papah. Katanya sih sekolahnya kelamaan, nanti kapan nikahnya. Suaminya ajalah, katanya gitu... Fantasista mau kemana emangnya?"

Gw yang sebenarnya waktu itu masih bingung mau kemana, seketika berkata..."Gw mau masuk FKUI, Im."

Ima: "Wah, Ima doain deh kalo gitu (sebuah perkataan terindah yang pernah gw denger sepanjang masa....)"

Gw: "Amin. Eh, boleh minta nomer hapenya ga? Kali-kali aja suatu saat ada perlu."

Ima: "Oh boleh, di-save yaa...0813165946xx (gw sensor nomor hapenya, tapi percayalah, sampai sekarang gw masih hapal nomor itu.red)."

Gw: "Sip. Di-tes miskol ya." (Gw miskol dia.red) "Nah, udah ada kan nomer gw? Di-save ya."

Ima: "Oke. Eh, ujannya udah berhenti, Ima pulang duluan ya. Sampai ketemu lagi. Daah."

Gw: "Oh, oke. Daah."

 Malam hari itu, gw tidak bisa tidur.......Menghabiskan malam senyum-senyum sendiri, sambil terkadang melihat namanya tertulis di "dialled number" hape gw.....Saat itu gw sadar, gw merasa nyaman di dekat wanita ini. Gw mau suatu saat menceritakan kisah gw ini sama anak-anak gw, yang menceritakan kembali bagaimana gw bertemu Ima, ibu mereka....