Wednesday 22 September 2010

This is How I Met Your Mother....Part 2

Seperti yang pernah gw utarakan dalam cerita sebelumnya, setiap perasaan cinta pasti didahului oleh fase terpesona, sedangkan untuk memasuki fase terpesona perlu adanya "It Factor"....Nah,"It Factor" di sini terbagi atas 2 jenis. Yang pertama adalah yang namanya ''Super It Factor", yang bisa membuat lawan jenis atau target yang ingin kita pikat hatinya seketika akan terpesona pada kita.

Super It Factor ini antara lain kalo kalian memiliki  muka tampan dan perawakan macho seperti Brad Piit, atau suara seperti Rio Febrian, atau kemampuan bermain gitar seperti Slash atau Joe Satriani, atau teknik menggocek bola seperti Cristiano Ronaldo, atau hal-hal lain yang dapat membuat tiap wanita seketika memandang sambil terkadang diiringi backsound,"Ohhh, ganteng banget sihhh" atau"Ohhhh, suaranya keren banget sihhh", dan hal-hal lain yang dimiliki oleh kaum minoritas di muka bumi ini yang dapat membuat targetnya seketika terpesona padanya pada pertemuan pertama.

Tahapan selanjutnya adalah It Factor. Gw mengaku salah karena pada cerita sebelumnya gw menyatakan diri tidak memiliki It Factor. Mengapa? Karena pada intinya tiap manusia memiliki It Factor dalam dirinya masing-masing.

It Factor ini misalnya ketulusan hati, kebaikan hati, kejujuran, kesabaran, keramahan, suka menolong, cerdas, pintar, pandai, bijaksana, dan sebagainya. Sayangnya, It Factor ini tidak dapat dikenali pada pertemuan pertama. It Factor ini hanya dapat bekerja dengan baik pada orang-orang yang telah dikenal dalam jangka waktu tertentu, misalnya yang terjadi kisah cinta antara dua orang yang tadinya bersahabat, atau dua orang yang sebelumnya terlibat dalam proyek kerja sama (panitia acara, teman kantor, dsb. red) atau dua orang yang setidaknya sudah lumayan sering berkomunikasi.

Masalahnya, It Factor tidak dapat membuat seseorang seketika mengalami terpesona kemudian jatuh cinta. It Factor perlu waktu yang cukup lama untuk mencapai ambang batas terpesona, yang selanjutnya memiliki transisi yang cukup lama pula dengan keadaan jatuh cinta. Masalahnya, terkadang dalam perjalanan mengisi LOVE-meter ini, jika kita tidak cukup cepat, maka sang target akan mudah dialihkan oleh seseorang yang memiliki It Factor yang dapat mengisi LOVE-meter lebih cepat.

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah yang dialami sebagian besar orang ini, kita perlu untuk menambahkan katalis yang dapat mempercepat pengisian LOVE-meter.

Katalis ini diperlukan untuk mempercepat fase terpesona, dan diharapkan dapat mempercepat transisi menjadi jatuh cinta, dengan kata lain menciptakan sebuah shocking moment, yaitu keadaan dimana hanya Anda yang berani melakukannya, yang membuat Anda berbeda dengan orang-orang lain yang mengejar sang target, misalnya dengan membantunya mengerjakan tugas yang tidak dapat dikerjakan orang lain atau tidak ada orang lain yang mamu membantunya, atau tidak sengaja jatuh dari mobil yang sedang melaju kencang di rumahnya dan tetap hidup (ini katalis yang gak gw sarankan.red). Katalis ini perlu untuk orang-orang biasa seperti gw. Orang-orang yang gak punya Super It Factor.

Tanpa gw sadar, pada hari kedua MOS di mana gw teriak di depan kakak kelas itu, gw telah menciptakan katalis itu......

---------=================----------

Keadaan di kelas satu semester awal gak banyak memberi peran berarti untuk hubungan gw dan Ima, kecuali menjelang berakhirnya semester ganjil gw mengetahui Ima terpilih ikut seleksi Paskibraka. Ya, baris-baris seperti sudah menjadi gairah hidupnya, seperti halnya ketertarikan dirinya yang cukup besar akan dunia jurnalistik. Ada dua hal yang membuat gw senang akan hal itu. Pertama, dia senang karena terpilih seleksi Paskibraka tingkat Bogor, yang membuat gw juga ikut senang karenanya. Kedua, gw senang karena itu berarti dia akan sering berlatih di lapangan, yang membuat gw bisa melihat dia setiap hari dari jendela kelas gw yang berada persis di depan lapangan tempatnya berlatih setiap hari.

Latihan Paskibraka cukup keras. Ketika kami bernaung di bawah atap kelas, terlindung dari sinar matahari, Ima berlatih sambil berkawan dengannya (sinar matahari.red).

Ketika kami terlindung dari guyuran air hujan, Ima masih berlatih seolah seperti hanya bertemu embun.

Ketika jam 6 sore kami selesai sekolah dan siap untuk pulang ke rumah, terkadang Ima belum selesai latihan dan tengah ditempa oleh senior-senior pelatih Paskibraka.

Ketika sebagian besar orang baru bangun jam 6 pagi (gw bangun jam 4.red), saat itu Ima sudah sampai di sekolah dan tengan bersiap untuk menjalani latihannya.

Saat itu gw menyesali diri, kenapa gw gak bisa menggantikan dia?

Kenapa gak gw yang diguyur hujan?

Kenapa gak gw yang terkena panas?

Kenapa gw gak bisa gantiin dia pulang malam?

Tapi gw berpikir lagi, semua ini demi kebaikan dia. Semua ini pilihan dia. Gw bukan siapa-siapanya.

Yang jelas, gw menikmati setiap detik dia lewat di depan kelas gw.

Setiap detik dia lewat untuk ke kantin waktu istirahat latihan.

Setiap detik dia lewat untuk balik lagi ke lapangan tempat latihan.

Setiap detik gw melihat semangat di tatapan matanya yang tajam, yang seakan memotivasi gw untuk jadi yang terbaik, yang bisa membuat dia bangga.....

Setiap detik itu pulalah, gw merasa berada di dimensi lain, dimensi di mana imajinasi gw membawa hati gw terbang, dimensi di mana waktu serasa berhenti, dimensi di mana hanya ada gw dan dia......

------------================-------------

Waktu kelas satu itu, gw sempat sakit DBD (Demam Berdarah Dengue), yang membuat gw dirawat di rumah sakit selama seminggu. Setiap harinya ada dua hal yang selalu gw nantikan. Pertama, hasil lab yang menunjukkan keadaan gw membaik. Kedua, kedatangan Ima untuk menjenguk gw. Setiap harinya gw berpikir, apakah Ima sekarang ini sadar gw gak masuk sekolah? Ketika suatu hari temen-teman sekelas gw datang menjenguk, hal pertama yang gw ucapkan setelah ucapan terima kasih adalah keadaan Ima, apakah dia menanyakan gw, apakah dia pernah mencari gw, dan sebagainya.

Semua pertanyaan itu dijawab oleh satu kata dari temen-temen gw,"Nggak". Sebuah jawaban yang sebenarnya gw tahu, tapi gw tetap berharap kenyataan yang sebaliknya.

Eniwei, waktu gw masuk lagi, kebetulan gw ketemu Ima di kantin sekolah. 

Gw: "Eh, Ima. Beli apa nih?"

Ima: (sambil membuka toples) "Ini nih, mau beli MOMOGI" (sejenis snack dipenuhi penyedap rasa yang membuat ketagihan.red)

Gw melihat Ima mengambil 6 buah MOMOGI

Gw: "Wew, banyak bener? Sekalian makan siang nih? Hehehe" -->(Waktu itu gw masuk siang.red)

Ima: (tersipu) "Ah, enggak kok, tadinya mau ngambil dua, tapi keambilnya enam....hehehe..Nih mau dibalikin lagi ke toples (kemudian mengembalikan MOMOGI ke dalam toples)...Eh, duluan ya, udah masuk nih...."

Ima meninggalkan gw yang sedang pergi ke dimensi lain, berdua saja dengan senyumnya waktu tersipu yang sudah membuka pintu gerbang masuk ke dimensi lain tersebut......Dimensi yang dalam satu hari itu, akan terus menerus gw datangi karena terus menerus ia buka.

Hari itu gw harus mengejar ketertinggalan gw akan ulangan-ulangan harian yang mestinya gw ikuti waktu gw sakit dua minggu sebelumnya. Jadi kegiatan gw di hari pertama masuk sekolah setelah sakit adalah pindah dari kelas ke kelas untuk mengikuti ulangan harian bersama kelas lain yang belum ulangan.

Pada pukul 16.30, gw mendapat jadwal ikut ulangan harian Geografi bersama kelas 1-4, kelasnya Ima....

Hati gw bergetar tidak karuan waktu hendak memasuki ruangan kelasnya. Waktu terasa berjalan sangat lambat. Kaki gw terasa berat dan kaku. Perut perih (sebenernya karena belum makan.red).

Gw tiba di kelasnya Ima pukul 16.30 tepat. Ima belum ada di kelasnya. Guru Geografi belum masuk. Gw duduk sendiri mengambil kursi di bagian baris pertama kolom kedua dari kanan yang kebetulan kosong (gak kebetulan juga sih, mana ada murid yang mau duduk di depan guru kecuali "True Lickers". red). GW menanti Ima dengan cemas, berharap semoga dia bisa datang sebelum ulangan dimulai.

Pukul 16.35, guru Geografi gw datang.

Guru Geografi: "Yak siapkan selembar kertas. Kita ulangan."

Gw berharap Ima segera datang. Gw gak mau Ima kena marah karena telat datang untuk ulangan. 

Tidak lama kemudian, Ima masuk dengan tergesa-gesa dan melakukan hal yang tidak gw duga sebelumnya. IMA LANGSUNG DUDUK DI SEBELAH GW!!!! Keadaan yang membuat orang-orang terbengong-bengong.....

Sayangnya keadaan ini tidak berlangsung lama, Ima langsung sadar dari tempat duduknya dan langsung bangkit berdiri untuk pindah ke tempat duduknya setelah sebelumnya terlebih dahulu meminta maaf pada gw, yang langsung diiringi derai tawa satu kelasnya. Keadaan yang mungkin cukup membuat Ima malu, namun telah membuka pintu gerbang dimensi lain untuk kedua kalinya di hari itu.....

Sepulang sekolah, gw bermaksud kembali ke kelasnya Ima untuk mengambil buku gw yang ketinggalan di sana. Kemudian setelah gw selesai mangambil buku dan berbalik, kepala gw secara tidak sengaja menabrak kepala seseorang dengan cukup keras. 

Suara:  "Aduh" -->hm, kok sepertinya gw kenal ya? Ya ampun, itu Ima!!!! 

Gw: "Eh, maap banget ya....Sumpah gw tadi gak liat ada orang di belakang, dan gw buru-buru mau keluar kelas,"

Ima: "Oh gapapa" (sambil terus mengusap kening) "Ima juga mau ngambil buku yang ketinggalan kok"

kemudian gw menunggu Ima mengambil bukunya dan kita keluar bersama.....

Gw: "Duh sori banget ya....Jadi gak enak gini gw"

Ima (sambil tersenyum): "Gapapa kali, tenang aja" 

Gw: "Eh, gimana paskibranya? Lolos gak? (berusaha mengalihkan pembicaraan dan mencari topik)"

Ima; "Alhamdulillah lolos sampai tingkat Kotamadya. Sebentar lagi karantina untuk tingkat Provinsi nih. Doain ya" (sambil menatap gw dengan penuh semangat yang memancar daeri kedua bola matanya yang cokelat bulat seperti bola pingpong) 

Gw: "Wah, mantap! Gw doain lolos terus sampai tingkat nasional! Kalo Ima sih gw yakin pasti bisa!"
Ima: "Amiiin. Eh, Fantasista nyebrang kan? Ima ke kiri nih. Daahh" (sambil melambaaikan tangannya pada gw)

Keadaan yang membuat dimensi lain terbuka untuk ketiga kalinya di hari itu, yang membuat gw mulai berpikir, sepertinya dimensi ini suatu hari akan menjadi kenyataan....

No comments:

Post a Comment