Sunday 29 August 2010

Not a Love Story, Just a Story About Love Part 1

Gw adalah orang yang udah cukup makan asam garam soal percintaan. Asam garam di sini dalam arti sebenarnya, dalam artian, gw blom pernah merasakan manisnya. Masa sih? Yoi, ngapain juga gw bohong, lagi bulan puasa nih. Saking banyaknya, kayanya cerita-cerita gw soal itu bakal dibagi dalam beberapa bagian, jadi buat yang udah muak sama cerita macam ini, ciao dan anda belum beruntung....

Jadi, cerita pertama ini berasal dari settingan waktu yang ga terlalu jauh dari masa kini. Yup, tepatnya bisa dibilang baru saja terjadi (atau masih ya? Bingung juga gw). Intinya adalah, gw suka dengan wanita ini (sebut saja Mawar)-->hm, kaya di sebuah harian ibukota berharga seribu perak yang biasanya punya headline hiperbolik seperti "Seorang Cewek Jalan Di Tengah Sawah Waktu Malam, Ketemu Mantan Pacarnya, Diajak Indehoi di Rumahnya, Eh Dia Nggak Mau, Pacarnya Marah, Dibunuh, MATI....Yeah, you know what I mean by that....MATI=DEAD!!!! 

Gw baru sadar kalo ternyata di taun 2010 gini KEMATIAN adalah suatu komoditas yang memiliki nilai jual, bahkan mungkin bisa laku diekspor (korannya, bukan kematiannya.red).

Eniwei, Mawar ini awalnya ketemu gw karena semesta yang menginginkan kita bertemu (Paulo Coelho, Alchemist.red) waktu kuliah tingkat pertama. Waktu itu ada beberapa hal yang mengharuskan gw bareng sama dia. 

Yang pertama adalah masa-masa Pasca Ospek di kampus gw, dimana mahasiswa baru akan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengarungi bahtera rumah tangga (Lho??), maksudnya untuk mengikuti serangkaian kegiatan lanjutan seperti perkenalan dengan badan-badan kemahasiswaan, kumpul berkala untuk mengerjakan tugas yang diberikan senior pada kita, ya pokonya bersama-sama mengarungi derita mahasiswa baru. Nah, seperti yang telah kalian perkirakan, gw satu kelompok sama dia, baik dalam kegiatan Pasca Ospek maupun dalam kelompok diskusi sehari-hari.

Keadaan dia waktu itu gw lukiskan sebagai Mawar yang masih kuncup. Di mana belum banyak yang mengetahui keindahannya karena belum mekar. Saat itu gw berpikir dia adalah orang yang asik diajak ngobrol, terutama karena dia orang yang suka bola seperti gw. Tiap pagi, dia selalu minjem koran Top Skor gw buat dia baca dulu, atau tiap Senin dan Kamis dia selalu minjem tabloid Bola gw untuk kemudian dia baca dengan antusias. 

Dia juga hampir selalu nonton tiap ada pertandingan sepakbola antara angkatan gw dengan senior-senior kita, pertandingan "amal" dari junior pada senior. Tapi waktu itu gw nggak terlalu peduli akan hal itu, karena gw seneng-seneng aja ada yang ngeliat gw nonton bola (yah, dia emang ga niat buat nonton gw juga sih, tapi tetep aja gw seneng). 

Selain itu, ada satu hal lagi yang bikin gw seneng adalah ketertarikan dia sama musik, yang membuat dia kadang suka nyanyi-nyanyi kecil waktu lagi di kelas, atau waktu lagi praktikum. Waktu itu, gw adalah seorang petani yang cuma berani memandang dan mengagumi keindahan dari jauh. Waktu itu gw nggak berani untuk memberi pupuk, menyiram, atau bahkan untuk menuai hasil dari situ. Kenapa? Karena gw belom siap....

Kalo dipikir-pikir, sampai kapanpun mungkin ga akan pernah siap kalo keadaannya status quo begitu....

Gw bukan tipe yang agresif untuk urusan beginian. Jadi, ga mungkin gw bakal mengeluarkan SMS,"Hai, Qm G Ng4p? Q kGn bgd DecH sm km" Itu bukan gw....

Gw juga ga mungkin nelpon tiap malem selama minimal 30 menit ke dia, kecuali buat nanya tugas. Telpon terpanjang gw adalah selama 1 menit 15 detik (kira-kira segitu sih), buat ngomongin pembagian tugas kelompok...

Gw juga ga mungkin ngedatengin dia trus bilang,"Hey Cantik, apa kabar? Malam ini kosong? Mau makan malem bareng aku?" Itu bukan gw....Gw paling banter cuma naekin alis bentar waktu ketemu, diikuti dengan mengkontraksikan sedikit otot orbikularis oris untuk menghasilkan senyum, dilanjutkan dengan sebuah kata pendek,"Hey..."

Bodohnya gw adalah gw cuma memendam ini sendiri, tanpa berusaha pada waktu itu. Jadi, meskipun mawar itu masih kuncup, gw ga melakukan apa-apa.....Gw cuma berharap mawar itu tetap kuncup sampai hati gw siap untuk memupuk dan menuai hasilnya, atau siap untuk tertusuk durinya.....

Keadaan ini berlangsung tetap sama sampai tiga tahun ke depan, ketika gw dan dia satu kelompok lagi.....

Kali ini, dia sudah menjadi sekuntum Mawar yang tidak lagi kuncup....

No comments:

Post a Comment